DUDUK 2 JAM JADI JUTAWAN

Nih Dia !

DITETAPKAN TERSANGKA, KEPALA BAPEMAS KAGET

JEMBER - Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Jember Suhardiyanto mengaku kaget karena ditetapkan sebagai tersangka dalam proyek bedah rumah oleh Kejaksaan Agung.
Saat dikonfirmasi wartawan dia mengaku di Kota Surabaya. Ir Suhardiyanto MM mengaku tidak melakukan tindak pindaa korupsi atas proyek bedah rumah itu.
"Nggak-nggak, saya ngggak tahu, saya tidak tahu apa-apa. Saya tidak melakukan korupsi proyek itu, sebab masih ada pimpro ada pelaksananya," ujarnya kaget.
Mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pemkab Jember ini mengaku belum tahu kabar penetapan tersangka. Sejauh ini pihak Kejari dan Kejakgung belum pernah memeriksa dirinya secara langsung.
"Di Kejari Jember juga belum ada pemeriiksaan langsung kepada saya," ujarnya.
Dalam program bedah rumah kepada ribuan warga dengan rumah tak layak huni itu merupakan proyek kerakyatan prestisius pasca Bupati Jember MZA Djalal terpilih. Tahun 2006, program bedah rumah dipimpin langsung lewat unit kerja Badan Pemberdayaan Masyarakat Jember. Program itu dilaksanakan oleh instansi desa dengan jumlah rumah sekitar 16.170 dengan anggaran per rumah Rp 2 juta.
Bedah rumah dilakukan kepada 248 desa di 31 kecamatan. Sedang program bedah rumah pada Tahun 2007 jumlah bedah rumah sekitar 16.260 rumah. Tapi tahun itu pelaksananya ada lima lembaga yakni Karang Taruna Indonesia, Kukindo, Sarbumusi, Kodim 0824 dan PCNU Kencong.
Sedang bedah rumah tahun 2008 dilaksanakan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa di 248 desa. Tahun itu ada 9.300 rumah tak layak huni yang dipermak.
Sedang tahun 2009 ini, bedah rumah masih pengajuan APBD dan rencana awalnya dilakukan pada 400 unit rumah.
"Yang saya tahu realisasinya tidak ada masalah yaitu Rp 2 juta per rumah. Selain itu dananya lansung dikirim dari Kasda ke rekening lembaga pelaksana teknis," ujarnya.
Sekadar diketahui, Kepala Subdirektur Eksekusi dan Eksaminasi Jampidsus Kejagung RI, M Anwar mengatakan, tim memfokuskan penyelidikan terhadap kasus bedah rumah tidak layak huni oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) dan penggunaan dana alokasi khusus (DAK) Dinas Pendidikan Nasional Jember.
Tim sudah minta keterangan ke penerima dana, dan sejumlah staf dari Dinas pelaksana proyek, hingga memeriksa di lapangan, seperti di Kecamatan Jenggawah dan Tanggul.
Proyek bedah rumah memakai APBD 2006 Rp 40 miliar lebih untuk memperbaiki rumah kurang layak huni milik warga miskin sebanyak 20.160 rumah.
Setiap rumah mendapat bantuan Rp 2 juta. Proyek tersebut telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat.
Tapi, dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan. Ada penyunatan Rp 1,1 juta hingga Rp 1,9 juta. Di Kecamatan Mayang, misalnya, warga mengaku hanya menerima bantuan Rp 423 ribu hingga Rp 760 ribu per kepala keluarga. Bahkan, ada yang hanya menerima bantuan berupa
beberapa sak semen. kim


[+/-] Selengkapnya...

CV GUSTEKNIKA TETAP DIKALAHKAN

• DIANULIR DARI PEMENANG LELANG PROYEK BPP


JEMBER – Panitia Lelang Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) terancam diperkarakan CV Gusteknika. Sebab, telah menganulir keputusan sebagai pemenang lelang, tanggal 28 April 2009 dalam proyek lelang pembangunan Gedung BPP, senilai Rp 590 juta.

Panitia tetap ngotot memenangkan pemenang cadangan kedua, CV Sumberjaya Makmur, milik Ketua KADIN Jember H Syaiful Bahri, SH. Akibatnya, bos CV Gusteknika yang juga Ketua HIPMI Jember ini terkalahkan.
CV Gusteknika, dinilai memberikan keterangan tidak benar dengan mengajukan SBU dari Asosiasi Gabpeknas, yang masa berlakunya habis tanggal 29 April 2009. Panitia Lelang, menerima pengaduan itu dari rekanan dan orang lain yang merupakan orang dekat pejabat tinggi Pemkab Jember.
Mendengar itu, CV Gusteknika geram. Dia menilai panitia telah bertindak menyalahi Keppres 80 Tahun 2003. Dan telah bertindak tidak netral alias tidak independent. Dia dituding mendapat tekanan dan pressure dari orang suruhan pejabat tinggi di Pemkab Jember.
Benny, Bos CV Gusteknika, yang juga menantu mantan Sekda Pemkab Jember era tahun 1990-an ini menolak berkomentar. Dia hanya merasa telah diperdayai. Dan dia merasa sudah dicemarkan. Pengumuman lelang, dia sebagai pemenang sudah cukup bukti nama baiknya dicemarkan.
“Kami tidak akan arogan seperti yang dilakukan panitia. Biarlah. Saya dipecundangi. Saya ini cukup mengalah, “ ujar Benny yang mengaku belum berencana melakukan apapun.
Dalam proyek itu CV Guskteknika berhasil memenangkan harga penawaran dari nilai pagu proyek Rp 590 juta, dia menawar Rp 540 juta. Sementara CV Sumberjaya Makmur, hanya menawar Rp 570 juta.
Informasi yang didapat, di lapangan menyebutkan, bahwa CV Gusteknika mengajukan SBU sebagai syarat ikut lelang dan dinyatakan menang karena dia merasa masih tetap sebagai anggota Gabpeknas. Sebab, pengajuan dirinya keluar dari Asosiasi itu belum ada jawaban.
Sementara itu, pengalaman kerja yang diterbitkan oleh LPJK selama ini sempat dipersoalkan Ketua KADIN Jember H Syaiful Bahri, karena saat itu salah satu Ketua LPJK Jatim adalah H Syaiful Bahri. Saat itu proyek Rp 950 juta di Disperindag. Pengalaman kerja CV Gusteknika dipersoalkan karena dinilai memalsukan pengalaman orang lain.
Tapi, faktanya ternyata LPJK sendiri dengan oknumnya yang memasukkan pengalaman kerja orang lain itu ke sertifikat pengalaman kerja CV Gusteknika. “Saya sendiri kan tidak menginginkan itu. Wong saya niat dipecundangi dari sisi itu. Setelah kita klarifikasi mereka yang mengakui kesalahan,” ujar Benny, cerita.
Di proyek BPP Rp 590 juta ini dia dipecundangi lagi. Surat pengajuan pengunduran diri belum diterima dan belum ditandatangani, ternyata dianggap telah keluar. “Wong saya tidak diproses. Maka SBU yang saya ajukan masih tetap berlaku. Panitia itu, bisa menunjukkan dasar hukum bagaimana kalau rekanan yang sudah tandatangan kontrak misalnya, terus SBU nya mati apa bisa diputus kontraknya. Kan diproses lagi SBU nya. Itu tidak menjadi syarat,” ujar Benny.
Panitia dinilai terlalu sembrono dalam kasus ini. Tapi dia belum melakukan upaya apapun terkait pelaksanaan proyek itu.
Diberitakan, CV Gusteknika menang dengan penawaran terendah dari rekanan lain tanggal 28 April 2009. Tapi, panitia tiba tiba tanpa klarifikasi menerbitkan pengumuman pemenang kepada CV Sumberjaya Makmur, tanggal 12 Mei 2009.
Ketua Panitia Lelang, Suyitno, mengaku tetap kepada keputusannya mengganti pemenang pertama dengan pemenang kedua. Bahkan, yang akan tandatangan kontrak kerja adalah pemenang kedua, CV Sumberjaya Makmur.
“Kita tidak mau ambil resiko Mas. Wong SBU dia sudah mati. Kita dapatkan itu sehari setelah pengumuman lelang,” ujar Suytino.
“Baru tahu saya kalau SBU CV Gusteknika itu telah habis masa berlakunya, tanggal 29 April 2009,” ujarnya.
Kendati menang, kata dia tetap dianulir. Dia mengaku rekanan Jember pernah mengalami kasus serupa di Surabaya. Bahkan ketika sudah mengerjakan proyek, terpaksa dicabut karena ketahuan fiskalnya palsu.
Suyitno, mengaku siap menerima resiko apapun termasuk dituntut secara pidana, sebab dirinya sudah menjalankan sesuai amanat Keppres.
“Yang kasihan ya kepada CV Gusteknika. Kalau dia ngotot dia yang kena sendiri nantinya. Sebab, SBU itu tidak boleh dipakai lagi. Lebih baik diselesaikan dengan legowo CV Gusteknika,” ujar Suyitno.kim

[+/-] Selengkapnya...

MALING LAPTOP DIHAJAR MASSA



• Ditangkap, Usai Jual HP Curian

JEMBER - Maling yang satu ini bernasib apes. Maksud hati ingin mendapat untung dari mencuri seperangkat tas Laptop berikut isinya, tak tahunya dikuntit warga. Dia selepas menjual HP Nokia 1280 yang tersimpan di dalam tas Laptop itu ditangkap beberapa pemuda yang menguntitnya. Tak ayal, mukanya babak belur, bonyok Jumat (29/5) siang.
Informasi yang didapat di lapangan, maling bernama Herdi Wibowo (34) yang mengaku berasal dari Jajag, Banyuwangi dan tinggal di kontrakan di Jl Mastrip No 61 bersama anak istri, dan ibunya itu tak sengaja datang ke pusat pedagang baju bekas (ba be bo) di Mangli Jember.
Saat itu dia sedang melihat – lihat baju. Tapi, dia melihat ada seorang pemuda membawa tas laptop warna hitam. Pemuda itu diawasi terus dan sedang sibuk memilih baju Ba Be Bo itu. Sebentar kemudian pemuda yang belakangan diketahui bernama Sunaidi (22) warga Jl Pasean, Pamekasan Madura ini menitipkan tas ke pedagang.
Kesempatan itu dimanfaatkan oleh tersangka Herdi, untuk menyaru sebagai teman Sunaidi. Herdi, secepat kilat mendekati pedagang yang dititipi laptop tadi dan dengan cekatan mengambil tas Laptop tersebut.
“Pak, tas nya sudah ya. Saya ambil,” ujar Herdi, yang menyaru bak sebagai pemilik Laptop.
Secepat kilat, dia kabur dengan menggeber sepeda motornya Yamaha Mio warna hitam berplat nomor P 2747 RE. Tapi, sayang sales permen di UD Medan Jaya ini tidak sadar jika aksinya sedang diawasi 4 orang pemuda teman korban. Keempat pemuda ini berinisiatif sendiri menguntit tersangka.
Tersangka yang menuju kawasan Kampus ini, terlihat menawarkan Laptop ke beberapa toko komputer, dan counter HP. Tersangka sempat mengeluarkan HP dari tas Laptop itu : HP Nokia seri 1280. Tersangka menjual HP Nokia itu ke pedagang konter di sebelah Polsek Patrang, Jl Slamet Riyadi.
“Dapat hasil Rp 225 ribu Mas. Uangnya masih utuh belum saya belanjakan, sudah diminta polisi tadi,” ujar tersangka Herdi, merintih kesakitan habis dihajar warga.
Dia pun terlihat meluncur di kawasan Kampus. Keempat pemuda yang menguntit ini sudah tak sabar ingin menghajar pelaku. Tersangka langsung dicegat, dan diminta turun dari sepeda motor. Dia diinterogasi dan langsung dihajar. Tanpa babibu, tersangka dihajar dengan keempat pemuda ini, bersama warga sekitar kampus Jl Kalimantan.
Setelah itu tersangka diserahkan ke Mapolres Jember. Dari situ, tersangka diminta menunjukkan dimana Laptop berikut tasnya dan isinya disimpan. Ternyata disimpan di rumah. Tersangka dikeler ke rumah korban untuk mengambil barang bukti, dan dikeler ke Mapolres untuk diperiksa.
“Tersangka kita periksa, dan jelas sudah mengaku. Barang bukti sudah ada, dan kita akan proses tegas. Tersangka tetap ditahan, sementara penadah HP masih kita periksa,” ujar Kasatreskrim Polres Jember AKP Holilur Rahman, SH, mendampingi Kapolres Jember AKBP M Nasri, Sik, SH.
Korban pencurian Laptop bernama Sunaidi, mahasiswa semester 4 ISIP Unej ini mengatakan sangat menyesal. Dia geram melihat ulah tersangka itu. Dia bahkan terlihat sesekali memukul tubuh tesangka yang sudah tak berdaya itu. “Makanya jangan mencuri. Teman saya banyak,” sergahnya. kim


[+/-] Selengkapnya...

PEMBUNUH DUA PRIA DI PATRANG MULAI TERKUAK

JEMBER - Tim Reserse Polres Jember terus mengusut dan mengungkap motif serta pelaku pembunuhan di Patrang beberapa waktu lalu. Dalam kejadian itu, korban dibunuh diduga dengan cara diracun. Karena tidak ada bekas luka apapun di tubuhnya.

Saat divisum, didapat hasil bahwa keduanya keracunan zat jenis sianida (CN). Diduga racun sianida ini didalam potas.
Kini, polisi mendapat titik terang identitas pelaku pembunuhan. Tapi polisi belum berani membuka ke publik (wartawan) sebelum meringkusnya.
“Sudah ada titik terang pelakunya. Kita kerja keras. Semua masih butuh waktu untuk penyelidikan lebih detail lagi. Kasus ini tergolong rumit, makan waktu, pikiran dan tenaga,” beber Kasatreskrim Polres Jember, AKP Kholilur Rochman, SIk.
Kasus ini sempat dimintakan bantuan setelah gelar di Mapolda. Tingkat kerumitan kasus ini sangat tinggi. Dibanding kasus pembunuhan yang ada sejumlah saksi yang diperiksa perlu pendalaman.
“Sudah banyak saksi yang diperiksa. Tapi, keterangan saksi masih perlu kami kaji kembali,” paparnya.
Kasat hanya minta dukungan semua pihak memberi dorongan dan membantu polisi agar kasus pembunuhan segera terungkap.
Diberitakan sebelumnya, dua mayat ditemukan di dekat kuburan Depan SMP Muhammadiyah Kreongan. Mayat ditemukan dalam kondisi utuh tak ada luka.
Sehari kemudian di rumah kos - kosan di Jalan Mangga, Bambang Hermawan (25) warga Desa/Kecamatan Muncar –Banyuwangi ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
Dari mayat Bambang ini, polisi mampu mengungkap identitas mayat di dekat kuburan Kreongan depan SMP Muhammadiyah itu. Mayat yang semua tak ada identitas itu diketahui bernama Abdul Rosid (50) warga Desa/Kecamatan Muncar –Banyuwangi.
Hingga kini polisi masih terus berusaha menyelidiki dan mengusut kasus itu. Bahkan, polisi berhasil menemukan barang bukti kendaraan berupa mobil henda Elysion Nopol DK 1593 YD milik Bambang H.
Mobil ini diduga dipakai pelaku saat melempar mayat Abdul Rosid (50) warga Desa/Kecamatan Muncar-Banyuwangi. Hasil otopsi tim Polda Jatim diketahui kematian dua warga Banyuwangi itu karena pembunuhan, dan diracun. kim

[+/-] Selengkapnya...

WARGA HADANG MOBIL BATU MANGAN (Mn)

• Buntut Penolakan Tambang di Silo

JEMBER - Polemik pro kontra pertambangan Mangan (Mn) di Desa Pace, Kecamatan Silo makin memanas.

Kemarin malam, puluhan warga geram lantas mencegat kendaraan pengangkut tambang Mn itu di tengah jalan milik CV Wahyu Sejahtera.
Kata saksi Khusnul, puluhan warga saat menggelar pengajian dan mendengar ada kabar aktifitas tambang Mn terus berlanjut oleh CV Wahyu Sejahtera di lahan milik PT JA Wattie masyarakat bergemuruh.
Dari kesepakatan warga, DPRD dan Pemkab Jember melalui Dinas Perdagangan bahwa aktifitas pertambangan Mn di Dusun Curahwungkal, Desa Pace, Kecamatan Silo, tepatnya di Kebun Curahmas, dihentikan sementara.
”Kita mendapati satu pikap bermuatan penuh tambang Mn. Padahal dari Pemkab Jember sudah ada himbauan tambang dihentikan sementara karena masih pro-kontra pembukaan tambang di masyarakat,” kata Khusnul.
Setelah mencegat pikap, warga memanggil aparat Polsek Silo. Tapi sopir justru kabur dan masih dikejar. Polisi hanya berhasil mengamankan barang bukti sebongkah batu Mn dan sebuah mobil pikap untuk sarana pengangkut.
Senada disampaikan Kepala Dusun Curah Wungkal Syaifudin.”Kita sudah menanyakan penambangan petugas kebun, di sana ada mobil mengangkut batu Mn. Kita menyesalkan tambang ini masih berlanjut, sebab warga masih menyatakan belum setuju atas tambang Mn itu,” ujar Syaifudin.
Dia menambahkan, beberapa waktu lalu CV Wahyu Sejahtera sempat menggalang 1.000 tanda tangan dari warga untuk persetujuan aktifitas penambangan Mn.
“Kita menduga tanda tangan itu palsu, sebab kita tahu warga disodori tanda tangan bukan soal persetujuan tambang tapi hanya diberitahu mau bekerja ditambang atau tidak,” ujarnya.
Dia menambahkan, rencana DPRD dan Pemkab Jember melalui Dinas Perindustrian dan Perdangangan kros cek pemalsuan tanda tangan, sampai kini belum dilakukan.
”Kroscek tanda tangan itu sampai sekarang kita tunggu,” ujarnya.
Sedang Ketua Gerakan Nasional dan Kelestarian Lingkungan Hidup PCNU Jember Abdul Qodim menyesalkan masih adanya kelanjutan tambang Mn itu.
”Kita juga menyayangkan polisi terlambat mengatasi potensi konflik itu. Apalagi DPRD dan Disperindag belum tegas terkait kebijakan tambang di sana.
Kepala Disperindag Jember Ir Haryanto mengatakan jika tidak ada izin tambang maka bisa disebut penambangan liar. Soal kroscek tanda tangan dia akan menindaklanjuti bersama pihak anggota Dewan Komisi B.
Sedang Kapolsek Silo Iptu M Zainuri mengatakan sopir pengangkut tambang itu kini sedang diburu.”Kita masih memeriksa sejumlah saksi saja,” kata Iptu M Zainuri. kim


[+/-] Selengkapnya...

DIJANJIKAN KERJA, MALAH DISURUH NGEMIS

JEMBER - Aksi tipu daya untuk mendapat keuntungan pribadi segala cara dilakukan di jaman edan ini. Banyak akal bulus dilakukan.

Salah satunya adalah, beberapa orang mencari warga yang cacat dan tidak sehat untuk diajak ke Kalimantan. Di sana dijanjikan mau diberi pekerjaan menjual kecap. Tapi setibanya di Kalimantan, mereka disuruh mengemis.
Temuan itu, kini sedang didalami Polisi Resort Jember yang mendapat laporan kasus itu. Beberapa orang awam juga berusia lanjut serta cacat fisik telah banyak yang jadi korban.
Orang-orang seperti ini justru menjadi mangsa empuk bagi pelaku kejahatan yang kini telah merambah kalangan bawah.
Mereka diiming-imingi pekerjaan sebagai penjual kecap di Banjarmasin-Kalimantan. Bahkan, segala pengeluaran dari rumah hingga ke tempat kerja yang dijanjikan ditanggung sepenuhnya orang si pengajak.
Iming-iming ini sangat mujarab dan mampu memikat banyak orang rakyat miskin. Dan kondisi perekonomiannya yang pas-pasan. Karena iming-iming pekerjaan dengan jaminan berangkat dan hidup, membuat mereka luluh.
Modus baru ini bukan satu dua orang korbannya. Ada sekitar empat orang lebih. Satu diantaranya bernama Rahmat alias Ridwan (50) warga Dusun Sumberpakem Desa/Kecamatan Silo. Peristiwa itu terjadi sekitar bulan Mei 2009 ini. Asal mulanya, korban didatangi seseorang yang berinisial SG (50) warga Dusun Krajan Desa/Kecamatan Silo.
Saat datang kerumah korban, awalnya SG bertamu sebagai tamu biasa. Di sela-sela tamu-tamuan itulah, SG mulai memasang jurusnya. Jurus nya yakni menawarkan sebuah pekerjaan. Korban dijanjikan pekerjaan sebagai penjual kecap.
Selain dijanjikan pekerjaan, korban juga dijanjikan ongkos perjalanan gratis ditanggung SG. Dengan janji-janji itulah, korban tertarik untuk berangkat ke Banjarmasin-Kalimantan.
“Saya tertarik karena dijanjikan pekerjaan. Semua ongkos perjalanan dan kebutuhan makan ditanggung. Siapa yang tidak tertarik,” ujar Rahmat alias Pak Ridwan, korban.
Korban lain diantarnaya Pak Muhamad (52) asal Desa sama dengan Rahmat. Dan beberapa warga lain dari Dusun Kotok Desa/Kecamatan Kalisat. Rahmat dan Muhamad berangkat dari Silo ke Dusun Kotok Desa Kalisat di sana bergabung tiga orang.
Lalu, mereka berangkat sama-sama ke Terminal Tawang Alun Jember. Dari Tawang Alun, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Kalimatan naik bis.
“Ketika berada di terminal Tawang Alun, bukan SG lagi yang mendampingi, tapi orang lain. Saya tidak tahu namanya dan orang itu yang melayani semua kebutuhan kami,” tuturnya.
Begitu di pelabuhan Kalimantan, korban melanjutkan naik angkutan. “Ah nggak lama perjalanannya. Ongkosannya per orang Rp 2 ribu,” ujarnya.
“Saya ingat persis ketika turun berada di Jalan Antasari. Pokoknya situasi kotanya ramai. Dan, begitu saya tiba di sana langsung dikumpulkan di sebuah penampungan dengan jumlah sekitar 50 an orang,” bebernya.
Paginya, dia dan teman penghuni penampungan diberi pakaian.”Nggak tahunya setelah pakaian diberi penjelasan dia disuruh mengemis. Waduh, kalau ngemis saya tidak bisa, tapi saat itu saya pilih diam,” ulasnya.
Setlelah 14 hari di Kalimantan Selatan itu, dia tak betah. Diapun pulang. Setiba di rumah dia melapor ke Mapolsek Silo.
Kapolsek Silo, Iptu M Zaenuri, SSos mengatakan belum menerima laporan.”Saya belum terima laporan itu. Ya, kalau ada tentu akan saya tindaklanjuti,” janjinya. kim



[+/-] Selengkapnya...

JAPER : AMBALAT HARUS JADI AGENDA SEMUA CAPRES – CAWARPES

JEMBER - Suasana panas menyikapi perilaku Pemerintah Malaysia, yang ingin mencaplok kembali pulau Indonesia terluar yakni Ambalat, yang terletak di perbatasan Kalimantan Timur, Sulawesi, dan Malaysia ini tidak hanya terjadi di Jakarta, dan media maya saja. Tapi, juga terjadi di Jember.

Beberapa stasiun Radio juga mengupas hal serupa. Ada beberapa materi protes yang disuarakan masyarakat Indonesia. Intinya, jelas tumbuhnya semangat nasionalisme itu setelah ada musuh bersama dari luar. Dari sini berlaku rumus politik dunia internasional yang selalu melingkupi politik di Indonesia saat ini.
Salah satu komponen penegak Pancasila adalah Jaringan Pemilih Rasional (JAPER) meminta masyarakat tidak terlena dengan persoalan Ambalat. Ada agenda besar yang harus diselesaikan yakni Pemilu Presiden. Dan Japer melalui Ketuanya mengingatkan bahwa momentum terbesar dalam sejarah ini adalah Pemilu Presiden. Karena menentukan nasib pemerintahan ke depan selama 5 tahun.
Ketua Japer Nurdiansyah Rahman, meminta kepada masyarakat Jember dan seluruh Indonesia untuk menegaskan kembali paham kebangsaan. Maka tidak serta merta harus menunggu momentum yang dipas pas kan dengan agenda politik bangsa yang sedang hendak dijalankan yakni Pemilu.
“Kami berharap Pemerintah segera mengendalikan situasi ini. Hingga akhirnya ada solusi yang terbaik buat bangsa. Saat ini sudah saatnya tidak ada ego di masing – masing komponen bangsa. Mari bersatu, untuk melawan. Dengan cara apapun. Mana pemuda Indonesia ? Kita harus bangkitkan semangat itu,” ujar Nunung sapaan akrabnya.
Kepada beberapa media massa cetak , termasuk radio Nunung mengatakan bahwa baginya kedua kasus itu yakni Ambalat, dan pulau lain di luar pulau besar Indonesia itu harus diamankan. Bukan pemerintahan siapa dan jamannya siapa.
“Fokus saling menyalahkan itu artinya sangat rentan terhadap kepentingan sesaat. Ungkapan itu jelas akan membawa Indonesia ke jurang lebih dalam,” ujar Nunung.
Agenda Pilpres dan Ambalat harus tetap menjadi agenda besar bagi semua capres dan cawapres. Tidak dimonopoli oleh salah satu atau sebagain saja. Tapi semua calon harus berkomitmen untuk itu. Dan yang paling bertanggungjawab adalah Pemerintahan saat ini.
“Bagaimana dengan Alutsista TNI yang begitu. Saya salah satu bagian anggota keluarga TNI yang korban kondisi itu. Mana mau bicara nasionalisme, dan mana mau bicara anggaran dan pengamanan di pulau terpencil seperti itu. Berapa anggaran yang harus diserap?,” ujar Isma Hakim, aktifis Japer yang juga wartawan Surabaya Pagi ini. kim

[+/-] Selengkapnya...

TAK DIBAYAR LUNAS, RUMAH RELOKASI BENCANA ALAM TERANCAM DITARIK



• Penyuplai Bahan “Gugat” PT Trisna Karya Surabaya

JEMBER - Proyek pembangunan 136 unit rumah untuk korban bencana banjir di Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, Situbondo terancam ditarik penyuplai bahan, kendati 136 unit rumah yang dibangun oleh pemenang tender PT Trisna Karya Surabaya itu mulai dihuni korban bencana. Ancaman itu datang dari rekanan yang menyuplai bahan bangunan kepada PT Trisna Karya Surabaya asal Jember yang merasa dirugikan karena belum terbayar penuh.

“Kami berencana bersama para pekerja, dan beberapa rekanan yang penyuplai bahan bangunan semisal besi, kayu, kusen, dan lain sebagainya mendatangi lokasi di Situbondo, dan menarik kembali bahan bahan yang sudah terpasang itu. Kalau tidak segera dilunasi oleh PT Trisna Karya Surabaya.
Proyek yang dibiayai Anggaran Pemerintah Propinsi Jatim (APBD TK I Jatim) melalui Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Pemprop Jatim senilai Rp 5.183.170.300 itu belakangan mendapat persoalan melebar karena dicurigai ada Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme alias KKN.
Terbukti seiring dengan protesnya para rekanan yang dirugikan oleh PT Trisna Karya selaku pelaksana proyek itu, muncul surat laporan dari LSM Formasi yang mencurigai indikasi KKN karena ada sub kontrak di proyek itu. Sehingga serapan anggaran diduga tak realistis. Di sana ditemukan dokumen perjanjian sebelum proyek ditandatangani kontraknya oleh pemenang tender.
“Seperti ada calon pemenang yang sudah dikondisikan. Kita melihat ada perjanjian tanggal 9 Agustus 2008 No 24/SP/NP/VIII/2008 antara Direktur PT Trisna Karya Surabaya direkturnya Sutrisno, dengan H Sahrowi, Koperasi SU “Makmur Sejahtera” asal Jember yang berkantor di Surabaya. Ini kan aneh. Kontrak baru ditandatangani tanggal 12 Agustus 2008, dan pelaksanaan tanggal 13 Agustus 2008,” ujar Hairul Imam, Direktur CV Budi Setya Pembangunan yang dirugikan bersama rekanan lain, Ketut, dan Edy asal Jember.
Dalam perjanjian sub kontrak itu, jelas bahwa PT Trisna Karya menyerahkan pekerjaan itu secara keseluruhan kepada KSU Makmur Sejahtera, milik H Sahrowi. Sahrowi sendiri, kini diduga sedang bermasalah dengan pembangunan proyek rumah nelayan di Puger. Yang mengherankan, dan menjadi catatan bagi penegak hukum kata Hairul, adalah nilai proyek dari Rp 5 milliar lebih itu disubkontrakkan menjadi Rp 3 milliar lebih.
Dalam kasus ini, masalah utama yang diprioritaskan Hairul, adalah para rekanan yang diminta menyuplai barang bahan bangunan berupa kusen, kayu, dan besi dari PT Trisna Karya ini belum dibayar penuh maka mereka minta PT Trisna Karya membayar dalam waktu secepatnya.
Jika tidak kasus itu akan dibawa ke aparat penegak hukum. Dan bahan bahan bangunan yang sudah dipasang di relokasi rumah korban bencana akan ditarik, hingga dibayar penuh. Sisa tunggakan PT Trisna Karya adalah Rp 56 juta kepada tiga orang, yakni CV Budi Setya Pembangunan Hairul, Ketut, dan Edy. Sedang kasus tunggakan lainnya diperkirakan akan menyusul.
Menurut Hairul, selama ini sudah muncul iktikad tidak baik dari PT Trisna Karya, melalui direkturnya Sutrisno, proyek itu semula dikatakan pelaksananya adalah PT Indopaint Sejahtera Group yang beralamat di Jl Karimata Gg Maya Jember. Tapi, belakangan pembayaran ditekel langsung oleh Sutrisno, karena Direktur PT Indopaint sedang naik haji.
Dari kasus saling lempar itu, benar terbukti. Bahwa Hairul dan teman – temannya sesama penyuplai bahan bangunan dibayar dengan cara tidak tunai. Tapi, diincrit incrit dan dalam kurun waktu yang lama. Proyek selesai tahun 2008, hingga tahun 2009 ini belum lunas dibayar. Belakangan, ternyata Sutrisno, Direktur PT Trisna Karya itu bohong. Sebab, H Sahrowi itu bukan pelaksana proyek (pemenang tender) tapi justru dia sendiri pemenangnya.
Anehnya, H Sahrowi itu bukan rekanan dalam kontraknya dengan PT Trisna Karya, tapi ngesub pekerjaan dengan pinjam nama KSU Makmur Sejahtera. “Ini jelas aneh bin ajaib. Masak koperasi bisa melaksanakan proyek,” ujar Hairul, disambut Ketut dan Edy.
“Bahkan, kami ini pernah diberi BG blong. Kosong tidak ada uangnya. Nilainya Rp 100 juta. Tapi, setelah kita somasi, BG ditarik dan dibayar Rp 25 juta-an. Ini jelas tidak ada iktikad baik. Sebab, setelah kita tanyakan kepada Kasub Din PU Cipta Karya dan Tata Ruang Pemprop Jatim tidak ada sub kontrak. Dan keuangan sudah dibayar penuh ke PT Trisna Karya,” ujar Ketut menyambung.
Total tanggungan PT Trisna Karya Surabaya yang harus dibayar ke CV Budi Setya Pembangunan Hairul Imam adalah Rp 40 juta, dari total Rp 342.535.000, kepada Ketut Rp 9 juta, dari total 186.462.200, dan kepada P Edy sebesar Rp 7 juta dari total Rp 152.000.000.
Di lain pihak, Ka Dinas PU Cipta Karya Pemprop Jatim Ir Budi Susilo, tidak berhasil dihubungi. Tapi, dalam suratnya jelas telah menegur PT Trisna Karya secara tertulis agar menyelesaikan pembayaran kepada CV Budi Setya Pembangunan dan rekannya karena Dinas telah membayar penuh.
Tapi, baik H Sahrowi, dari KSU Makmur Sejahtera, dan Sutrisno, Direktur PT Trisna Karya Surabaya yang dihubungi melalui nomor HP nya bernada aktif tapi berkali kali tidak diangkat. Sore harinya juga demikian, keduanya tidak mengangkat telepon. kim


[+/-] Selengkapnya...

JASMAS DIJADIKAN POLITIK UANG KANDIDAT

*Jelang Konfercab PCNU

JEMBER - Sepuluh hari menjelang konferensi cabang (Konfercab) Nahdatul Ulama Jember, muncul isu politik uang yang dilakukan kandidat Ketua Dewan Tanfidz.

Yang memalukan, politik uang itu berupa iming-iming dana Jaring Aspirasi Masyarakat (Jasmas) dari anggota DPRD.
Hal itu disampaikan Sekretaris MWCNU Kecamatan Kaliwates Ahmad Rifai. Kata dia ada orang yang mencalonkan diri sebagai kandidat Ketua Dewan Tanfidz HM Madini Farouq yang juga Ketua DPRD menjanjikan dana Jasmas jika terpilih.
"Sekitar 2 bulan lalu, banyak sekali pengurus MWCNU dikumpulkan di Pondok Riyadhlus Solichin oleh Gus Mamak. Saat itu kita dijanjikan dana Jasmas Rp 10 juta untuk tiap MWC," kata Ahmad Rifai.
Gus Mamak kata dia juga menyatakan akan maju sebagai Kandidat Ketua Dewan Tanfidz PCNU Jember karena sudah mengerti politik, dan jalannya pemerintahan.
"Kami menilai janji itu tidak pantas dijualbelikan untuk kepentingan merebut jabatan di konfercab PCNU," ujarnya.
Sejauh ini sudah muncul tiga kandidat Ketua Dewan Tanfidz PCNU diantaranya DR KH Abdullah Syamsul Arifin (Ketua Bahtsul Masail NU Jember) dan H Sofyan Tsauri (Wakil Ketua PCNU Jember), serta HM Madini Farouq (Ketua DPRD Jember).
Tidak hanya sesepuh NU semisal KMA Syaiful Ridjal AS, yang geram terhadap isu itu. Pengasuh Ponpes As-Ashidiqi Putri Talangsari ini juga mengecam indikasi politik uang dari seorang kandidat itu.
"Sebelumnya saya tak tertarik. Tapi sekarang terpanggil untuk menyikapinya karena Konfercab NU kok dibelokkan dari kitohnya dengan cara politik uang," ujar Gus Syef.
Di sisi lain, KH Khotib Umar, kyai khos Jember yang sangat dihormati tidak lagi membicarakan kriteria. Tapi sudah menyebut nama.
"DR KH Abdullah Syamsul Arifin dicalonkan sebagai Ketua Dewan Tanfidz, dan KH Muchyidin Abdushomad sebagai Ketua Rois Syuriahnya. Tapi soal pilihan tergantung pemegang hak suara, ranting, dan MWCNU,” ujarnya.
Di sisi lain, HM Madini Farouq alias Gus Mamak sejauh ini sudah berpisah dengan PKB dan mendekat ke PKNU itu mengaku kabar politik uang itu tidak benar.
"Itu yang tidak benar. Dana Jasmas itu bukan diperuntukkan menjelang konfercab dan tidak ada kaitannya dengan itu," kilah Gus Mamak.
Dia menambahkan, dana Jasmas yang akan diberikan ke MWC NU se-Jember termasuk PCNU Kencong itu sudah sejak awal direncanakan.
"Saya tegaskan yang menyumbang dana Jasmas untuk basis NU itu dari anggota dewan yang memiliki latar belakang NU. Tak hanya PKB, PKNU, PPP bahkan juga PDIP," ujarnya.
Dia menandaskan, kalau dia belum ada rencana untuk maju sebagai pengurus PCNU. "Saya tegaskan, saya belum tentu maju, tradisi NU biasanya calon itu justru dicalonkan bukan mencalonkan diri," tegasnya. kim


[+/-] Selengkapnya...

KPU PUSAT INTERVENSI, OKNUM KPUD DIDUGA ADA KOLUSI

JEMBER - Turunnya surat KPU Pusat Nomor 919/KPU/V/2009 dan surat edaran KPU Propionsi Jatim Nomor 270/372/KPU.Jatim/V/2009 dinilai pemantau Pileg dan Pilpres Jaringan Pemilih Rasional (Japer) Jember sebagai bentuk intervensi politik sesaat.
Surat itu dinilai melampaui kewenangan yang diberikan UU kepada KPU sehingga membuat penilaian administratif tersendiri terhafap tim seleksi.
Ketua Japer Jember Nurdiyansyah Rahman, kewenangan melakukan penelitian administratif bukan wewenang KPU, melainkan kewenangan Bupati, DPRD, dan KPU Propinsi.
“Sedang kewenangan penilaian adminsitratif terhadap persyaratan calon anggota KPU sepenuhnya menjadi kewenangan Tim Seleksi,” ujarnya.
Dalam UU Nomor 22 Tahun 2007 pasal 22 menegaskan bahwa KPU Propinsi membentuk Tim Seleksi calon anggota KPU Kabupaten/Kota yang terdiri dari unsur akademisi, professional, dan masyarakat yang memiliki intergritas dan tidak menjadi anggota Parpol dalam waktu 5 tahun terakhir.
“Kredibilitas Tim Sel juga bisa dipertanggungjawabkan karena tim itu berasal dari anggota yang diajukan Bupati, DPRD, dan KPU Propinsi,” tegasnya.
Maka Surat Edaran (SE) KPU Pusat yang memberi arahan dan petunjuk untuk melakukan Fit and Propert Test terhadap 20 calon yang lolos seleksi tertulis, tidak memiliki kekuatan hukum apapun sehingga harus diabaikan.
“Ingat, KPU Propinsi hanya memiliki kewenangan melakukan Fit and Propert Test terhadap 10 anggota KPU yang telah diajukan Tim Seleksi, bukan 20 orang yang lolos seleksi tertulis,” ujar Nunung menyebut pasal 26 UU Nomor 22 tahun 2007 dan pasal 15, 16, dan 17 Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2007.
Termasuk terkait permintan KPU Jatim kepada Sekretaris KPU Kabupaten Jember untuk menyampaikan kepada Tim Sel agar mengambil calon pengganti salah seorang dari 10 calon anggota KPU Kabupaten/Kota yang dinilai tidak memenuhi syarat, juga melampaui batas kewenangan.
“Sebab, KPU Propinsi hanya punya kewenangan untuk melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap 10 calon anggota KPU yang diajukan Tim Sel. Bukan melakukan penelitian administratif ulang terhadap hasil penelitian administratif yang sudah dilakukan oleh Timsel,” sergahnya.
Yang mengherankan, justru penelitian itu akan menganulir hasil penelitian administratif yang sudah dilakukan Tim Sel KPU Kabupaten/Kota dan berakibat timbulnya dua hasil penelitian berbeda.
“Surat itu jelas menimbulkan penyebab munculnya fiksi-fiksi, guncangan stabilitas, dan merusak tatanan demokrasi. Inilah dasar kami menilai untuk meloloskan calon KPU dari 20 besar itu sarat dengan kepentingan politik, dan sangat melampaui batas kewenangan,” ujarnya lagi.
Dalam amanat UU 22/2007 juga tidak mengenal penggantian calon bagi 10 besar yang diajukan Tim Sel. Yang dikenal adalah penggantian anggota KPU sebagaimana diatur pasal 29 UU itu.
“Dalam hal ini, KPU pusat telah jelas melanggar UU tentang penyelenggaraan pemilu dan peraturan KPU tentang pedoman pelaksanaan seleksi dan penetapan anggota KPU Propinsi dan KPU Kabupaten/Kota,” tandasnya.
Sekadar diketahui, bahwa proses Fit and Propert Test yang sedang digelar ini diwarnai dugaan kolusi dan konspirasi besar antara penguasa dengan beberapa orang yang memaksakan diri ingin masuk ke 10 besar ikut Fit and Proper Test. Padahal, 10 besar sudah ditetapkan oleh Tim Sel Jember. Dan kini KPU Propinsi, kebingungan melihat jawaban Tim Sel dan ketegasan Tim Sel yang tetap tidak mau menganulir Bambang Sunggono, untuk membatalkan dari 10 besar sebagai ketetapan sebelumnya.
Anggota Tim Sel Jember, Zaenal Marzuki, SH, yang juga Ketua IKADIN, mengaku siap segalanya jika dipersoalkan. Kata dia, Tim Sel harus lepas dari kepentingan apapun, dan tidak terpengaruh kepentingan apapun. Dijamin dengan keputusan Tim Sel tetap pada keputusan hasil seleksi 10 besar itu sudah tepat.
“Bongkar saja, kalau ada konspirasi besar itu. Ada oknum yang mencoba membawa kami ke lubang besar. Dengan menganulir 10 besar, dan menganulir salah satu dari 10 besar itu untuk kembali ke 20 besar lagi. Mereka lupa ada susduk DPR waktu itu. Jika yang dipersoalkan itu Bambang Sunggono, wong administratif sudah kita teliti. Kita kuat, menunjuk dia. Bambang Sunggono, itu hanya persoalan Susduk saja masih jadi DPRD saat itu. Wong dia itu kan, sudah dipecat dari Partai setahun sebelumnya. Jadi dia memenuhi syarat pasal 11 itu,” ujar Zaenal. kim




[+/-] Selengkapnya...

SUAMI DITABRAK, WIL DIHAJAR ISTRI

JEMBER - “Hancur hatiku, hancur hatiku, hatiku hancur” begitulah petikan syair lagu dari Olga, penyanyi komedian Ibukota melantunkannya. Syair itu bisa menggambarkan nasib yang sedang dialami Hartin (41) warga Jl Moch Yamin Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates.

Ibu tiga anak ini harus rela mendekam di sel tahanan setelah tak mampu menahan amarahnya. Sebab, selain hatinya hancur karena mendapati suaminya membonceng wanita idaman lain (WIL), dia telah bertindak kriminal dengan menabrak dan memukuli orang lain.
Tapi, apa daya penyesalan di belakang tiada berarti, yang penting hati puas. Kejadian itu memaksa perempuan ini memuncak amarahnya saat memergoki suaminya membonceng wanita lain.
Ceritanya tak sengaja. Hartin memergoki suaminya berboncengan dengan wanita lain. Melihat hal itu dia marah besar. Untuk memastikan siapa perempuan yang dibonceng suaminya itu, Hartin membuntutinya.
Hati Hartin tak kuat menahan, karena lama membuntuti. Merasa tak kuat ditusuk- tusuk amarah dia melampiaskan emosinya. Sepeda motor Nopol P 3910 TA yang diikuti Hartin setibanya di pertigaan Kelurahan Kranjingan Kecamatan Sumbersari langsung ditabrakkan.
Akibatnya, motor suaminya oleng dan semuanya terjatuh. Saat itulah Hartin bangkit dan melabrak suaminya bersama wanita lain itu. Hartin juga tak terkontrol. Dengan reflek Hartin melayangkan bogem mentah bertubi-tubi ke arah wajah wanita lain berinisial CS (26) warga Perum Muktisari Kelurahan Tegalbesar Kecamatan Kaliwates.
Akibat bogem mentah itu, CS mengalami luka memar di wajah dan CS memilih berobat ke Puskesmas setempat.
Suami Hartin berinisial HM (46) tak berkutik melihat wanita lain yang diduga selingkuhannya dihajar istrinya. Atas perlakuan kasar itu keluarga CS memilih melapor ke jalur hukum.
Dia mendatangi Mapolsek Sumbersari untuk melapor. Polisipun langsung memanggil kedua belah pihak, serta Hartin.
Kapolsek Sumbersari, AKP Mahrobi Hasan, Spd memeriksa kasus penganiayaan dengan latar belakang perselingkuhan itu.
”Kami fokus ke kasus dugaan penganiayaannya. Karena, ada korban yang mengalami luka,” ujarnya.
Kata dia, pelaku penganiayaan kini telah ditetapkan sebagai tersangka dan terancam dihukum berat.“Pelakunya sudah kami tetapkan sebagai tersangka. Dan kini dijebloskan ke sel tahanan di Polres Jember,” ujarnya.kim

[+/-] Selengkapnya...

KYAI NU TOLAK POLITIK UANG MUSCAB PCNU


• Nilai Ke-NU-an Harus Ditegakkan

JEMBER - Wacana politisasi dan politik segala cara baik dengan uang, dan aksi lain di Musyawarah Cabang (Muscab) NU Juni 2009 mendatang mulai dikhawatirkan pengurus Kecamatan, Kyai hingga ranting. Karena akan menyebabkan kebesaran nama NU sebagai organisasi nilai Islam yang besar ternoda dengan kepentingan siyasah buruk itu.

Terakhir, rombongan Ketua MWCNU Kecamatan Kaliwates, Muhammad Nur, Rifai, dan Hadi Arridho sebagai pengurus dan tokoh pemuda NU mendatangi Gus Syaif alias KMA Syaiful Ridjal, AS, di kediamannya di Ponpes Islam Asshidiqi Putri (ASHRI) Jl KH Shiddiq Jember.
Pengurus NU tingkat Kecamatan ini meminta Tausiyah kepada para kyai sepuh, dan kyai yang membesarkan NU selama ini semisal yang pernah dilakukan ke KH Khotib Umar, kyai khos Jember sebelumnya.
Dalam perbincangan itu terungkap bahwa Gus Syef merasa ikut bertanggungjawab jika NU ada apa apa. Termasuk jika arah perjuangan NU menjadi melenceng dari pakem. Sebab, menurut pesan dari Almarhum KH M Shiddiq, yang juga pendiri NU bahwa politik NU adalah mengedepankan kebenaran, kebaikan, dan kepentingan agama bukan mendahulukan kepentingan duniawi.
“Mendiang Almarhum abah saya, mengatakan bahwa politik NU adalah Taqdimuddin ‘ala Siyassah dan setelah itu Assiyasah Arrabaniyah. Yang artinya Politik NU itu tentang kebenaran, dan kaidah kebenaran agama bukan politik menjanjikan sesuatu,” ujar Gus Syef.
Diminta bagaimana kriteria Calon Ketua PCNU Jember yang akan datang, kata Gus Syef di NU gudangnya kriteria. Bahkan kriteria model pemimpin yang bagaimana di NU lengkap. Tapi, ada dua hal yang harus diingat, bahwa yang tidak menggunakan uang, dan janji duniawi, serta dicalonkan bukan mencalonkan diri. Termasuk yang tidak menjanjikan.
“Kalau tradisi kuat NU, dan harus dipegang itu ya dua aja. Bukan yang menjanjikan, dan mencalonkan diri. Tapi, yang dicalonkan dan tidak menanjikan sesuatu,” ujar Gus Syef.
Dalam pembicaraan itu, terungkap bahwa KH Hotib Umar, sesepuh NU di Jember dan Kyai Khos Jember ini telah menyebut nama yang dikehendaki sesepuh NU. Bukan HM Madini Farouq, Ketua DPRD sekarang ini, tapi Gus ‘Aab alias DR KH Abdullah Syamsul Arifin, dari Ponpes Sumberkalong, Bangsalsari untuk dipilih sebagai Ketua Tanfidziyah NU, dan Rois Syuriah NU nya yang dikehendaki adalah KH Muhyidin Abdusshomad, yang akan berakhir masa jabatannya sebagai Ketua PCNU 2009 ini.
Dengan begitu, track record Gus Mamak alias HM Madini Farouq, S.Sos, yang ingin mencalonkan diri sebagai kandidat Ketua PCNU Jember itu mendapat perlawanan dari Kyai khos, dan beberapa kyai non Partai alias tradisional. Bahkan aksi siyasah mencalonkan diri HM Madini Farouq, dalam pertemuan 2 bulan lalu juga terungkap, karena menjanjikan anggaran Jasmas kepada tiap MWCNU dan ranting NU selain dalam pertemuan itu para undangan diberi sangu.
“Yang hadir saat itu, dipenuhi pengurus Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU). Kita mulai khawatir dengan keinginan kuat Gus Mamak itu. Jangan jangan NU nanti tidak sesuai kehendak kyai dan sesepuh NU,” ujar Rifai, pengurus MWCNU Kaliwates.kim

[+/-] Selengkapnya...

VEGAS CLUB DIDUGA TAK BER IMB DAN HO



• LANJUTAN KYAI PROTES TERKAIT PENARI EROTIS CLUB

JEMBER – Pasca kedatangan kyai dan beberapa tokoh ulama ke DPRD Jember menghadap Ketua DPRD Jember di sela Paripurna LKPJ Bupati Jember kemarin, pengelola club malam di Jember khawatir terimbas oleh protes dan desakan penutupan Vegas Club, dan Happy Puppy, yang tak berijin HO dan IMB itu.

Padahal, kebanyakan selain kedua club itu mereka telah bersusah payah mengurus perijinan dan membayar biaya retribusi dan pengamanan tak sedikit. Bahkan mereka juga membuka peluang kerja bagi warga sekitar yang tak memiliki pekerjaan.
Salah satu pemilik club malam di kawasan Mangli, mengatakan Club Cafe yang dia dirikan itu jelas dikahwatirkan terimbas oleh desakan kyai. Dia mengaku harus ada pembedaan club malam, dan cafe. Apalagi sampai ditemukan hiburan di malam hari dengan penari erotis.
Tapi, beberapa pemilik club malam lain mengaku tidak khawatir karena telah memiliki ijin lengkap. “Kalau kami ada ijin. Bahkan ijin penjualan miras pun ada dan ini resmi,” ujar bos cafe di Jember yang ogah dinamakan.
Sebelumnya, sejumlah tokoh bersama Gus Hamid, dan Kyai Mursyid tokoh Ulama asal Condro ini mendatangi DPRD Jember meminta dan memprotes aktifitas cafe dan hiburan malam mirip diskotek yang digelar di Vegas Club, dan Happy Puppy, di lingkungan Pertokoan baru Gajah Mada Square.
Para kiai ini mengaku mendapatkan bukti bukti dari warga sekitar Vegas Club di Jl Gajah Mada, dan kawasan Gajah Mada Square (GMS), bahwa di tempat itu digunakan sebagai tempat minum-minuman keras dan kegiatan berbau mesum.
Perwakilan kiai ini, antara lain KH Hamid Hasbullah menemui Ketua DPRD Jember HM Madini Farouq yang mencalonkan diri jadi Ketua PCNU Jember dalam Muscab mendatang bersama empat ketua komisi, di gedung parlemen, Senin (25/5).
Mereka menyampaikan pernyataan sikap dan memberi bukti berupa foto-foto yang diambil dari Vegas Club. Tampak dalam foto tersebut, ada adegan erotis penari dan seorang pria.
"Ini tarian apa hubungan suami istri," kata Madini Farouq.
Vegas Club dan Happy Puppy Karaoke berada di satu lokasi, yakni kompleks pertokoan Gajah Mada Square. Khusus untuk kedua tempat itu, masyarakat Lingkungan Condro merasa tak pernah memberikan izin pembangunannya.
"Masyarakat merasa terganggu dengan suara yang timbul dari tempat hiburan itu. Selain itu, mereka mengkhawatirkan adanya dampak sosial dan budaya negatif yang bisa menjangkiti anak muda," kata Madini.
Masyarakat dan perwakilan kiai, menurut Madini, juga berang, karena lokasi Vegas dan Happy Puppy diapit oleh dua masjid. "Ini bisa dipandang sebagai penghinaan terhadap umat Islam," katanya.
Madini mengatakan, para ketua komisi akan segera menggelar rapat bersama. "Kami akan menelusuri, perizinan awal tiga tempat itu untuk apa. Kalau memang untuk hiburan malam, hiburan malam seperti apa," katanya.
Madini menilai tempat hiburan malam itu lebih berbahaya dibanding penambangan Mangan (Mn) yang sempat ditentang masyarakat. "Ini bisa mengakibatkan kerusakan moral. Dan kita sudah sampaikan ke Bupati soal ini,” ujar Madini biasa disapa Gus Mamak. kim

[+/-] Selengkapnya...

DUA PERAMPOK DIDOR



• Rampok di 4 TKP, dua Banyuwangi, dan 2 Jember

JEMBER - Dua orang kawanan jaringan perampok emas dan perampok rumahan ini ditembak aparat Polres Jember karena berusaha melarikan diri. Keduanya adalah Ghufron (34) warga Dusun Batuurip, Desa Pringgowirawan, Kecamatan Sumberbaru, dan Nurhadi (35) warga Jatiroto Lor, Kecamatan Sumberbaru.
Keduanya ditembak kaki nya karena berusaha melarikan diri. Petugas langsung membawanya ke UGD RSUD dr Soebandi untuk dilakukan perawatan. Setelah itu kedua tersangka diperiksa intensif di Mapolres untuk dikembangkan kasusnya.
Dari tangan kedua tersangka ini petugas menyita barang bukti 22 buah kalung emas, 2 buah celurit dan 1 unit sepeda motor Honda Megapro, bernomor polisi N 2154 ZH warna merah hitam. Dari catatan aksi kejahatan yang dilakukan oleh kawanan ini berhasil didata ada 2 Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Tanggul dan Sumberbaru.
Informasi yang dihimpun, aksi kawanan ini sangat meresahkan. Sebab, beberapa korban mengaku dipaksa, dan diancam celurit. Banyak dari para korban itu yang mengaku dipedayai, dan dilukai. Sementara korban terakhir adalah ibu Sulastri (29) warga Dusun Sumberrejo, Desa Yosorati, Kecamatan Sumberbaru.
Dari tangan korban dipreteli beberapa gram kalung emas, dan uang. Korban dipepet saat berjalan di jalan raya sepi. Korban ditodong dan kemudian dipaksa memberikan perhiasannya. Kejadian itu baru saja dialami korban sekitar hari Sabtu (23/5) kemarin pukul 14.00 WIB.
Dari laporan Sulastri itulah, petugas melakukan pengembangan. Berdasarkan ciri ciri yang dilaporkan korban petugas melakukan penyelidikan. Tak ayal petugas mendapati identitas pelaku ini kawanannya adalah beberapa orang yang diidentifikasi menjadi buron dari petugas.
Sementara itu, petugas langsung mengembangkan. Dari kejadian itu terungkap bahwa kejadian di dua TKP di Banyuwangi juga diakui tersangka ini. Kedua tersangka ini ditangkap di jalan raya. Satunya ditangkap dari rumahnya. Ada spionase polisi yang sering mendapati sepeda motor Honda Megapro warna merah kinyis kinyis itu dijadikan merampok.
“Dari keterangan dan ciri ciri kendaraan serta laporan korban kita cepat mendapati beberapa jaringan yang selama ini kita incar, tapi kurang bukti. Maka setelah kita tangkap, kok melawan dan melarikan diri. Kita lumpuhkan,” ujar Kasat Reskrim Polres Jember AKP Holilur Rahman, Sik, mendampingi Kapolres Jember AKBP M Nasri, Sik.
Menurut Kasatreskrim, bahwa kejahatan kedua kawanan ini sangat meresahkan. Beberapa kawanan lain masih dikembangkan untuk segera ditangkap. Sebab, kawanan lainnya kabur saat hendak ditangkap. Dari hasil kejahatan para pelaku ini, mereka mengaku telah mendapat keuntungan sebanyak Rp 47 juta. Uang sebanyak itu dihabiskan kawanan ini untuk foya – foya.
“Mereka habiskan untuk foya foya. Dan mereka ini selalu berpindah pindah tempat untuk melakukan aksinya,” ujar Kasatreskrim. Dari keterangan tersangka juga akan dikembangkan bahwa sepeda motor yang dibawa itu adalah hasil curian. kim


[+/-] Selengkapnya...

DUKUN ALA PONARI MUNCUL DI JEMBER

JEMBER - Penjual jeruk bernama Robiah (40) warga Dusun Gununglincing, Desa Gunungsari, Kecamatan Umbulsari, selama sepekan lalu mendadak ramai didatangi ratusan warga yang datang dari luar kota.

Hal itu karena dia tersiar kabar bisa mengobati segala macam penyakit ala dukun cilik Ponari asal Jombang itu. Kekondangan “linuwih” dari Robiah ini sempat membuat beberapa tetangga tak percaya. Sebab, perempuan ini dikenal pendiam, dan tidak banyak beraktifitas.
Sebagian tetangga mengaku tidak mendengar jika perempuan yang sehari-hari berjualan jeruk ini bisa mengobati segala macam penyakit. Tapi, puluhan warga mendatangi rumah perempuan ini dan sempat dikira oleh tetangganya karena ada kepaten alias ada saudara yang meninggal.
“Saya tidak mengira. Saya pikir ada yang meninggal atau sakit. Kok banyak orang. Saya tak percaya jika dia bisa mengobati orang sakit. Seoalnya dia itu seorang pedagang jeruk. Tak lebih,” ujar tetangganya.
Robiah, kata tetangganya ini dikenal pendiam. Aktifitas kerja sehari hari hanya penjual jeruk di siang hari. Dan malam hari mengajar ngaji. Saat mengajar ngaji malam hari itulah dia diduga mendapat wangsit berupa suara ghaib dengan gambaran ada ular naga dikelilingi para orang bersurban mirip wali songo.
Suara ghaib itu kata Robiah, menyuruh agar dia menjalani ibadah puasa selama 40 hari dengan ketentuan sehari semalam makan nasi satu kepel (genggam) dan secangkir air putih.
Wangsit itu dia lakukan sesuai petunjuk yang dia terima. Di akhir puasanya, dia seperti seperti orang kerasukan roh halus. Perempuan pendiam ini berubah jadi orang yang suka bicara.
Tapi semua kata yang diucapkannya itu seperti ada yang menuntunnya. Dia bahkan sempat mengaku murid wali songo dan diperintahkan mengobati orang sakit.
Kabar itu cepat kondang ke luar kota. Bahkan ratusan orang mendatangi rumahnya minta diobati. Perempuan ini seperti kerasukan roh halus yang pintar mengobati pasien.
Sementara itu aparat kepolisian Sektor Umbulsari harus ekstra ketat mengamankan lokasi tersebut. Polisi tetap mengantisipasi jika terjadi lonjakan pasien seperti yang terjadi di rumah Ponari, asal Jombang.
TERBUKTI
Saat ditengok dan dipastikan ke sana, telah ada ratusan pasien. Robiah terlihat memijat pasien dengan cara melantunkan Asma Allah, membaca Shahadat, dan Surat Al Fatihah.
Robiah sempat terlihat meramal pasiennya jika pasien berprilaku jelek dan diungkapkan langsung ke ratusan pasien lain.
Pantauan sejauh ini, sejumlah pasien yang datang kebanyakan dari luar kota dan warga sekitar. Mereka mengaku mendengar kabar ada pengobatan alternatif ala Ponari.
Bahkan sempat beredar kabar ada pasien wanita berusia tua meninggal di tempat itu sebelum sempat diobati Robiah. Ada beberapa pula warga yang terlampau parah datang ke sana.
Siswanto (37), warga setempat, mengaku melihat seorang pasien asal Dusun Sidonganti, Desa Kraton, Kecamatan Kencong, menderita lumpuh selama 8 tahun.
Pasien wanita ini datang masih diusung keluarganya. Setelah diobati Robiah dia pulang sembuh seketika.
Sementara Suparti (43), asal Desa Kepanjen, Kecamatan Gumukmas. Perempuan ini datang karena dalam beberapa tahun terakhir ini menderita sakit lumpuh.
Suparti mengaku pernah mendatangi Ponari, dukun cilik asal Jombang untuk mengobati penyakitnya. Tapi selang tiga hari penyakit itu kambuh kembali.
Robiah menolak diekspos media massa karena tak ingin ada fitnah, dan sempat terjadi ketegangan. Robiah mengumpat-ngumpat wartawan yang meliput kejadian itu dan menuduh bak maling yang masuk ke rumah orang tanpa pamit memotret tanpa ijin.
Keteganagan sempat mereda saat Kepala Desa dan Kapolsek diikuti Danramil bernegosiasi dan menjelaskan kedatangan wartawan menemui Robiah. Bahkan aparat juga menanyakan jam praktek yang diberikan ke pasien.
Robiah membuka jam praktek sejak pukul 08.00 - 12.00 WIB. Pukul 14.00 - 17.30 WIB buka lagi dan malam harinya pukul 18.30 hingga pukul 22.00 WIB.
Robiah hari Jumat depan akan libur karena akan mengambil air dari umbul waru. Tempat air itu hanya dia yang tahu, karena dianggap ghoib.
Dia sempat mengatakan sebelum mendapat wangsit, namanya hanya Robiah. Setelah mendapat wangsit, ditambah Siti menjadi Siti Robiah. Tapi karena ada kehadiran sembilan wali namanya diganti lagi.
Kepala Desa Umbulsari, kerabat Robiah, mengatakan nada bicara Robiah berubah ubah. Bahkan lain dari biasanya. Dia bak orang kesurupan mahluk ghaib. kim


[+/-] Selengkapnya...

DUKUN UANG PALSU, GUS PANJI DITANGKAP BAWA SENPI


JEMBER - Dukun uang palsu yang sering malang melintang di dunia hitam ini, akhirnya mendekam di sel tahanan Mapolres Jember. Gus Panji, nama bekennya ke depan tidak ampuh lagi. Lelaki bernama asli Slamet Budiono (35) asal Jatiroto Lor, Kecamatan Sumberbaru ini ditangkap karena kedapatan menyimpan dan memiliki senjata api rakitan jenis M 16 berikut amunisinya.

Sekitar Senin (25/5) pukul 15.00 WIB di rumahnya dia tak berkutik saat didatangi oleh petugas resmob Polres Jember. Beberapa amunisi kaliber 5,56 sebanyak butir, dan 25 butir kaliber 46 untuk senjata jenis FN 45 ini juga turut disita.
Loh kok bisa tahu ?. Polisi resmob yang dipimpin Iptu Wahyu Sulistyo, dan anggota Nur Hasan bekerja sama dengan Reskrim Polsek Sumberbaru menerima laporan penipuan dukun uang palsu. Pelakunya adalah Gus Panji, yang tak lain adalah Slamet Budiono.
Polisi pun melakukan penyelidikan. Hingga akhirnya beberapa saksi menguatkan keterlibatan Gus Panji ini. Polisi lantas menyanggong tersangka ini. Saat disanggong dan kedapatan ada di rumah, petugas langsung menggerebeknya. Tapi, petugas tidak berhasil menemukan barang bukti uang palsu.
Tapi, yang ada hanya uang asli lembaran seratus ribuan, dan beberapa kertas seukuran uang ratusan ribu ditumpuk. Sementara itu uang palsunya tidak ditemukan. Polisi tidak mau kehilangan akal. Petugas langsung melakukan penyisiran dan penggeledahan di setiap sudut rumahnya.
Hingga akhirnya ditemukan senjata api rakitan itu. Saat ditanya ijin kepemilikan dia mengaku tidak punya. Dan diakui senpi itu adalah titipan dari seseorang yang mengaku bernama Bowo, anggota Perbakin Jember. Polisi tidak gampang percaya omongan tersangka. Petugas sempat menelpon Ketua Perbakin Jember, dan ternyata tidak ada anggota bernama Bowo.
Karena kedapatan memiliki, menyimpan, senpi rakitan Slamet Budiono alias Gus Panji ini dikeler ke Mapolres Jember untuk diperiksa intensif. Dia diboyong ke Mapolres sore itu juga. Kasusnya sedang dikembangkan oleh jajaran Resmob Polres karena fokus jaringan penipuan pelaku Sanjik (penipuan) ini akan segera diungkap.
“Dia sementara kita jerat UU Darurat No 12 tahun 1951, ancaman hukumannya seumur hidup,” ujar Kasatreskrim Polres Jember AKP Holilur Rahman, Sik, mendampingi AKBP M Nasri, Kapolres Jember.
Menurut Kasat Holilur, senpi itu diakui titipan dari seseorang. Tapi, tersangka tetap dijerat UU Darurat. Sementara dari penggeledahan itu ditemukan 31 butir amunisi diantaranya 6 butir kaliber 5,56 dan 25 kaliber 46.
“Itu senjatanya memakai loup dari jenis M 16, dan popornya memakai jenis Mouser,” ujar Kasat Holilur Rahman. kim

[+/-] Selengkapnya...

DUKUN ALA PONARI MUNCUL DI JEMBER

JEMBER - Penjual jeruk bernama Robiah (40) warga Dusun Gununglincing, Desa Gunungsari, Kecamatan Umbulsari, selama sepekan lalu mendadak ramai didatangi ratusan warga yang datang dari luar kota.
Hal itu karena dia tersiar kabar bisa mengobati segala macam penyakit ala dukun cilik Ponari asal Jombang itu. Kekondangan “linuwih” dari Robiah ini sempat membuat beberapa tetangga tak percaya. Sebab, perempuan ini dikenal pendiam, dan tidak banyak beraktifitas.
Sebagian tetangga mengaku tidak mendengar jika perempuan yang sehari-hari berjualan jeruk ini bisa mengobati segala macam penyakit. Tapi, puluhan warga mendatangi rumah perempuan ini dan sempat dikira oleh tetangganya karena ada kepaten alias ada saudara yang meninggal.
“Saya tidak mengira. Saya pikir ada yang meninggal atau sakit. Kok banyak orang. Saya tak percaya jika dia bisa mengobati orang sakit. Seoalnya dia itu seorang pedagang jeruk. Tak lebih,” ujar tetangganya.
Robiah, kata tetangganya ini dikenal pendiam. Aktifitas kerja sehari hari hanya penjual jeruk di siang hari. Dan malam hari mengajar ngaji. Saat mengajar ngaji malam hari itulah dia diduga mendapat wangsit berupa suara ghaib dengan gambaran ada ular naga dikelilingi para orang bersurban mirip wali songo.
Suara ghaib itu kata Robiah, menyuruh agar dia menjalani ibadah puasa selama 40 hari dengan ketentuan sehari semalam makan nasi satu kepel (genggam) dan secangkir air putih.
Wangsit itu dia lakukan sesuai petunjuk yang dia terima. Di akhir puasanya, dia seperti seperti orang kerasukan roh halus. Perempuan pendiam ini berubah jadi orang yang suka bicara.
Tapi semua kata yang diucapkannya itu seperti ada yang menuntunnya. Dia bahkan sempat mengaku murid wali songo dan diperintahkan mengobati orang sakit.
Kabar itu cepat kondang ke luar kota. Bahkan ratusan orang mendatangi rumahnya minta diobati. Perempuan ini seperti kerasukan roh halus yang pintar mengobati pasien.
Sementara itu aparat kepolisian Sektor Umbulsari harus ekstra ketat mengamankan lokasi tersebut. Polisi tetap mengantisipasi jika terjadi lonjakan pasien seperti yang terjadi di rumah Ponari, asal Jombang.
TERBUKTI
Saat ditengok dan dipastikan ke sana, telah ada ratusan pasien. Robiah terlihat memijat pasien dengan cara melantunkan Asma Allah, membaca Shahadat, dan Surat Al Fatihah.
Robiah sempat terlihat meramal pasiennya jika pasien berprilaku jelek dan diungkapkan langsung ke ratusan pasien lain.
Pantauan sejauh ini, sejumlah pasien yang datang kebanyakan dari luar kota dan warga sekitar. Mereka mengaku mendengar kabar ada pengobatan alternatif ala Ponari.
Bahkan sempat beredar kabar ada pasien wanita berusia tua meninggal di tempat itu sebelum sempat diobati Robiah. Ada beberapa pula warga yang terlampau parah datang ke sana.
Siswanto (37), warga setempat, mengaku melihat seorang pasien asal Dusun Sidonganti, Desa Kraton, Kecamatan Kencong, menderita lumpuh selama 8 tahun.
Pasien wanita ini datang masih diusung keluarganya. Setelah diobati Robiah dia pulang sembuh seketika.
Sementara Suparti (43), asal Desa Kepanjen, Kecamatan Gumukmas. Perempuan ini datang karena dalam beberapa tahun terakhir ini menderita sakit lumpuh.
Suparti mengaku pernah mendatangi Ponari, dukun cilik asal Jombang untuk mengobati penyakitnya. Tapi selang tiga hari penyakit itu kambuh kembali.
Robiah menolak diekspos media massa karena tak ingin ada fitnah, dan sempat terjadi ketegangan. Robiah mengumpat-ngumpat wartawan yang meliput kejadian itu dan menuduh bak maling yang masuk ke rumah orang tanpa pamit memotret tanpa ijin.
Keteganagan sempat mereda saat Kepala Desa dan Kapolsek diikuti Danramil bernegosiasi dan menjelaskan kedatangan wartawan menemui Robiah. Bahkan aparat juga menanyakan jam praktek yang diberikan ke pasien.
Robiah membuka jam praktek sejak pukul 08.00 - 12.00 WIB. Pukul 14.00 - 17.30 WIB buka lagi dan malam harinya pukul 18.30 hingga pukul 22.00 WIB.
Robiah hari Jumat depan akan libur karena akan mengambil air dari umbul waru. Tempat air itu hanya dia yang tahu, karena dianggap ghoib.
Dia sempat mengatakan sebelum mendapat wangsit, namanya hanya Robiah. Setelah mendapat wangsit, ditambah Siti menjadi Siti Robiah. Tapi karena ada kehadiran sembilan wali namanya diganti lagi.
Kepala Desa Umbulsari, kerabat Robiah, mengatakan nada bicara Robiah berubah ubah. Bahkan lain dari biasanya. Dia bak orang kesurupan mahluk ghaib. kim



[+/-] Selengkapnya...

LUASAN PABRIK KENDALA HOME INDUSTRI


JEMBER - Pelaku usaha home industri rokok di Kabupaten Jember sangat antusias dan respon terhadap ketentuan pemerintah terutama terkait diberlakukannya UU No 39 Tahun 2007 tentang cukai. Sehingga hal itu memacu produsen rokok home industri untuk tertib sebagai wajib pajak.

Tapi kendala besar kini menghadang lagi. Sebab, Peraturan Menteri Keuangan yang baru tentang pedoman pelaksanaan tata cara pembukuan cukai kembali membebani pelaku usaha ini. Sebab, di sana dimunculkan ketentuan luasan pabrik yang bisa mengajukan cukai rokok minimal harus memiliki lahan pabrikan seluas 200 meter persegi. Padahal, sebelumnya hanya ditentukan 50 meter persegi.
Bahkan syarat terbaru itu selain menyangkut luasan pabrik juga lokasinya harus bisa diakses jalan umum dan terlihat. Padahal faktanya kondisi pabrik rokok home industri sangat kecil. Mereka kadang mempekerjakan pekerjanya hanya sebagai buruh lepas, dan tidak memiliki karyawan tetap.
Menghadapi itu, Paguyuban Produsen Rokok Home Industri (PPR HI) Kabupaten Jember terus mengembangkan pola komunikasi kepada anggotanya yang sudah terdaftar sebanyak 120 home industri. Hal itu semata untuk menghindari cap sebagai rokok ilegal yang dianggap melanggar hukum.
Tapi dari ketentuan Perpajakan dan KPBC Jatim II ada peluang bagi home industri rokok untuk berkembang dan tidak gulung tikar. Sebab, mereka bisa bersatu dan bergabung di bawah naungan badan usaha tertentu untuk mengajukan permohonan nomor pokok pengusaha barang kena cukai (NPPBKC).
Sekretaris PPR HI Jember, Shodik, mengatakan bahwa kendala terbesar yang dihadapi home industri rokok selama ini adalah prosedur administrasi yang cukup rumit diantaranya home industri sebelum mendapatkan cukai rokok (NPPBKC) itu harus memiliki Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Tanda Daftar Industri (TDI), SIUP, hingga HO dan IMB. Semua itu tidak semua home industri anggotanya bisa memenuhi.
Selain terkendala modal, home industri itu selama ini hanya meneruskan tradisi masyarakat Jember yang tidak bisa berhenti memproduksi rokok. Selain karena kebanggaan dan hasil produksi tembakau di Jember sangat berlimpah. Hampir mayoritas lahan kering di Jember ditanami petani dengan tembakau kendati sasaran penjualannya belum jelas.
Dari situlah upaya pembinaan dari Perpajakan, dan KPBC Jatim II sangat diharapkan. Termasuk acara sosialisasi Undang – undang tentang cukai, dan rokok ilegal harus sering dilakukan. Terakhir, Lokakarya Sosialisasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau yang digelar di gedung KAUJE Unej Jl Kalimantan Jember ini cukup mendapat respon dari pelaku home industri.
Kata Shodik, dari 120 anggotanya saja yang sudah tergabung dalam home industri yang memproduksi rokok bisa menghasilkan rokok per batang sebanyak 5 bal. Satu bal ada 20 pres sehingga totalnya 100 pres. Di Jember saja, jika semua anggotanya dikenai pita cukai rokok maka bisa menyumbang Rp 1,3 milliar per tahun.
Harga rata – rata di bandrol tertera Rp 2.850 dan harga jual eceran (HJE) rokok home industri itu adalah Rp 2.500. Keuntungan pengusaha home industri selama ini adalah Rp 30 per batang. Satu home industri bisa memproduksi 5 bal rokok berpita cukai.
“Di Jember memang baru kita bentuk satu kelompok. Itu berkat bimbingan dari Bea Cukai karena disyaratkan beberapa home industri bisa bergabung per satu kelompok bisa mengajukan NPPKBC, untuk mendapatkan pita cukai,” ujar Shodik.
Jika dilihat dari kondisi home industri itu, para pekerja yang mayoritas ekonomi lemah itu bisa membawa uang Rp 15.000 per orang per hari. Sehingga hal itu sangat membantu ekonomi masyarakat lemah karena pekerjaan selain melinting rokok tidak ada lagi.
Dari ketentuan yang ada di PPR HI yang melaouncing 10 merek itu bisa memesan pita cukai rokok 2 rim per bulannya. Untuk itu home industri harus merogoh kocek Rp 7.500.000 per satu rim. Satu rim nya PPR HI bisa mendapat 60.000 lembar pita cukai. kim

[+/-] Selengkapnya...

TIDAK ADA REPRESIF BAGI HOME INDUSTRI ROKOK

JEMBER – Pemerintah Kabupaten Jember melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian menegaskan tidak akan mengedepankan upaya represif dalam menertibkan perusahaan rokok home industri yang ada, tapi lebih mengedepankan upaya persuasif.

Demikian dikatakan, Drs Agus Sutikno, Kabid Penanaman Modal di Disperindag Jember. Menurutnya, upaya itu dalam rangka untuk membina perusahaan home industri rokok agar berkembang dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
Termasuk meningkatkan income perkapita masyarakat yang selama ini bergelut di sektor pembuatan rokok di home – home industri Jember yang mencapai ratusan perusahaan itu. Dinas Perdagangan akan selalu berkoordinasi dan melakukan upaya persuasif agar perusahaan rokok home industri itu bisa bangkit. Sebab, dari perhitungan kasar saja home industri itu tidak bisa dimatikan tapi bisa menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup besar.
Untuk itu, diperlukan peran serta masyarakat dan tokoh bidang perusahaan rokok yang sudah sukses untuk mengawal kesehatan pabrik rokok di Jember. Terutama di home industri. Salah satu diantaranya adalah dengan penertiban cukai rokok. Karena persoalan yang mendasar bagi home industri adalah cukai rokok.
Pendapatan sektor cukai rokok saja sangat besar. Sehingga akan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Jember. Jika cukai rokok bisa dimiliki oleh semua home industri maka target itu akan berhasil. Dan masyarakat akan bisa tetap berusaha.
“Kita tidak mungkin mematikan gara – gara tidak memiliki cukai rokok. Kita lakukan koordinasi karena ada solusi itu. Untuk mendapatkan NPPBKC itu home industri bisa bergabung dengan produsen lain dalam satu CV untuk bersama – sama mendapatkan cukai rokok,” ujar Agus Sutikno.
Hal itu disambut baik oleh Paguyuban Produsen Rokok Home Industri (PPR HI) Jember. Melalui Sekretarisnya Shodik, bahwa dari sekitar 120 home industri rokok yang menjadi anggotanya, untuk tahap awal ini masih ada 10 home industri yang sudah mengajukan merk dan telah memiliki cukai rokok. Sehingga tidak dicap ilegal.
“Diantaranya ada merk Charles, Tunggal Jaya, ABG Alami, A9 Sempurna, Mars, Alam Mandiri, Banaspati, dan Sutra Alami. Semuanya bernaung di group CV Mitra Karya Mandiri,” ujarnya.
Dari 10 merk home industri itu sesuai petunjuk dari Bea Cukai, memberi kelonggaran bagi home industri untuk mengembangkan usaha rokok dengan ilegal (dengan cukai) nya. Dari kelonggaran itu berupa : dari tiap 10 home industri bisa diajukan satu permohonan group untuk cukai. Hal itu mengingat tidak semua home industri memiliki kemampuan untuk membeli cukai rokok sendiri.
“Kita bisa membeli cukai rokok secara group. Dan peraturan terbaru Permen itu, ada syarat yang memberatkan lagi sebagai kendala kami. Sebab, di sana disebutkan luasan lokasi pabrik harus 200 meter persegi yang semula hanya 50 meter persegi,” ujar Shodik.
Dia juga mengingatkan kepada pemerintah Kabupaten Jember bahwa untuk produsen Rokok Home Industri yang dinaungi CV Mitra Karya Mandiri saja, per tahun bisa menghasilkan omset cuka rokok sebesar Rp 1,3 milliar. “Ini potensi yang harus dipertahankan. Tapi, itu jika semua 120 anggota kami nanti sudah memiliki cukai rokok semua. Ini di Jember baru 10 merek saja,” tegasnya. kim

[+/-] Selengkapnya...

GURU SAKIT TAK BISA BERJALAN, GAJI DIPUTUS

• Minta Pensiun Dini Dicuekin

JEMBER – Nasib guru yang satu ini benar – benar menyedihkan. Betapa tidak. Hanya gara – gara 6 bulan tidak berdinas, karena sakit parah pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Dinas Pendidikan Pemkab Jember bernama Achmad Subairi, pangkat golongan II / dinas di SDN Candijati 03 Arjasa, Jember diputus gajinya.

Surat pemberitahuan kepada Kepala Sekolah belum cukup menguatkan dirinya untuk aktif dan diterima kembali. Yang terjadi gajinya malah diputus oleh Bendahara Ranting Tata Usaha Dinas Pendidikan di Kecamatan Arjasa.
Selama tidak berdinas itu dia belum pernah mendapat surat panggilan, dan surat teguran dari instansi yang ada di atasnya termasuk dari Dinas Pendidikan Pemkab Jember. Dalam surat pemberitahuan aktif kembali guru ini sekitar tanggal 30 Juni 1999 ini, yang ditujukan kepada Kepala Dinas P dan K Kabupaten Jember, itu menerangkan bahwa alasan sakitnya selama 6 bulan itu sejak Desember 1998, hingga Mei 1999.
Sakit itu berawal dari rusaknya rumah tangganya, dan pasca itu dia terkena penyakit parah dengan kondisi kaki bengkak mengeluarkan darah dan nanah di paha kaki kirinya. Melihat berkas surat surat yang dia dapatkan dia sempat diminta menghadap kepada Kepala Dinas, melalui pengantar surat dari Kasek Abdul Latif, Kasek SDN Candijati 02 dan Kancab Dinas Bidang ketenagaan menerangkan bahwa yang bersangkutan hendak dihadapkan. Surat itu tertanggal 2001.
Selama itu dirinya tidak mendapat gaji. Dan hingga 7 Pebruari 2003 permohonan aktif kembali PNS nya itu ditulis lagi ditujukan ke Kepala Dinas Pendidikan Pemkab Jember. Guru bernip 131 085 969 ini terus berusaha untuk aktif. Tapi, respon belum ada karena gajinya tetap diputus.
Bulan Nopember 2003 dia juga mengajukan permohonan lagi, ke Dinas Pendidikan. Tapi, saat itu belum ada jawaban pula. Hingga akhirnya pada tanggal 15 April 2008, dia memilih mengajukan pensiun dini karena merasa dirinya tidak dianggap sebagai PNS, dan tidak mendapat gaji. Kendatipun menyandang gelar PNS.
“Karena kami tidak pernah ada kejelasannya kami mengajukan pensiun dini saja. Sebab, saya juga tidak pernah merasa indisipliner. Karena sakit lama saja, itu gaji saya diputus. Kalau diputus jelas, dengan surat ya enak,” ujar Achmad Subairi, yang mendapat dukungan dari Kasek SDN Candijati 01.
Terakhir, bulan Mei 2008 ternyata ada surat dari Dinas Pendidikan Pemkab bahwa dia dinyatakan bahwa dirinya ditegaskan oleh Kepala Dinas Pendidikan Achmad Sudiyono, bahwa yang bersangkutan tidak pernah melanggar hukuman disiplin berat.
Surat dari Banwas terkait pemanggilan terhadap dirinya, melalui Kepala Dinas Pendidikan tanggal 17 Desember 2008 juga belum ada kejelasan nasib status Achmad Subairi ini. Sebagai PNS dia dipecat, diberhentikan, atau disetujui pensiun dininya. Jika salah satu item itu disetujui maka dia meminta kejelasan surat dan mengikuti peraturan yang berlaku.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Drs H Achmad Sudiyono, SH, Msi, belum berhasil dikonfirmasi. Saat ditelepon ke nomor HP nya tidak diangkat, termasuk Kepala BKD Jember Drs Sugiono tak diangkat. kim

[+/-] Selengkapnya...

SPSI RTMM JEMBER MUSCAB

• Target Kuasai Jatim

JEMBER - Hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha seringkali masih dibenturkan oleh kondisi keuangan, dan kondisi kesehatan perusahaan. Akarnya adalah tidak diberikannya hak hak penuh pekerja dari pengusaha, semisal pengupahan sesuai standart Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah ditetapkan atau tidak.
Itulah salah satu agenda besar SPSI Federasi Serikat Pekerja (FSP) Rokok, Tembakau, Makanan dan Minuman SPSI Kabupaten Jember pasca Musyawarah Cabang (Muscab) untuk memilih pengurus baru tersebut, Sabtu (23/5) kemarin.
Acara itu dihadiri oleh Ketua DPD SPSI Jatim, yang juga Wakil Ketua Konfederasi H Daryanto, pengurus Fathurrahman, dan Muhajir. Setelah rapat muscab dilangsungkan selama beberapa jam akhirnya terbentuk pengurus baru. Dari 22 Pengurus Unit Kerja (PUK) yang hadir adalah 17 PUK.
Dari rapat Muscab itu diperoleh hasil aklamasi menunjuk saudara Waluyo, sebagai Ketua, dan Sekretaris nya adalah Budiono. Muscab yang dilangsungkan cukup singkat itu dikandung makna mendalam agar SPSI di beberapa Kabupaten tidak vakum seperti selama ini. Karena sangat disayangkan potensi anggota SPSI di Jatim sebagai Sarikat Buruh paling besar di Jatim dari 29 Organisasi Sarikat Buruh yang tumbuh pasca Reformasi.
SPSI diharapkan cukup memegang peranan dalam menyelesaikan konflik buruh dan aspirasi pekerja. Untuk itu ada pola komunikasi yang baik antara pimpinan perusahaan dengan pekerja. Apindo, Asosiasi Pimpinan Perusahaan Indonesia diwakili H Samudi, mengatakan bahwa organisasi SPSI perlu didukung sepenuhnya karena 40 % pengusaha di Jatim adalah dari Tembakau, Rokok, dan Makanan Minuman.
“Saya kira kita mendukung sepenuhnya,” ujar H Samudi.
Di tempat yang sama, Salman Al Faris, Kepala Jamsostek juga hadir dalam kesempatan itu. Kepala Jamsostek ini cukup menyambut gembira SPSI Kabupaten Jember bisa aktif karena perusahaan dengan komposisi 10 karyawan dan membayar upah Rp 1 juta sudah wajib mengikuti Jamsostek.
Waluyo, Ketua FSP RTMM / SPSI Kabupaten Jember periode 2009-2013 didampingi Sekretaris Budiono mengatakan bahwa SPSI di Jember akan aktif setelah beberapa periode tidak aktif dalam menyelesaikan sengketa pekerja dan pengusaha di Kabupaten Jember. “Apalagi kata Disnaker tadi, masih ada 57 % perusahaan belum memenuhi standart UMK di Kabupaten Jember,” ujar Waluyo.kim/ADV


[+/-] Selengkapnya...

BUPATI AKAN DITINGGAL BKSDA

• Jika Tidak Setujui Usulan Ijen sebagai Taman Nasional

JEMBER - Dari 4 Kabupaten di Tapal Kuda, (Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, dan Jember) hanya Kabupaten Jember yang belum merestui penandatanganan penetapan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur II terkait penetapan Taman Nasional Ijen.
Semula kawasan Ijen adalah masuk kawasan 4 Kabupaten Tapal Kuda itu. Tapi, berhubung banyak penebangan liar di sekitar hutan tersebut maka untuk menekan itu diusulkan Ijen sebagai Taman Nasional. Usulan itu sebenarnya sejak tahun 2000. Tapi, baru diproses belakangan.
Dari empat Kabupaten yang terkena kawasan itu, baru Jember yang belum merestui dan belum tandatangan. Dengan penetapan kawasan Ijen sebagai Taman Nasional, maka kawasan itu murni masuk ke daerah Kabupaten Bondowoso saja.
Kawasan yang masuk Kabupaten Jember hanya 3.000 hektare. Hingga kemarin, belum ada respon dari Bupati Jember terkait usulan itu.
Kawasan Taman Nasional Gunung Ijen direncanakan seluas 53.000 hektar. Sebelumnya, kawasan ini berstatus cagar alam dan taman wisata alam (CATWA). Semua proses administrasi telah mendapat persetujuan dari 2 Bupati sekitar kawasan, yakni Situbondo, dan Banyuwangi.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur II, Abdullah Effendi Abbas mengatakan baru tiga kabupaten yang dimintai rekomendasi.
"Tapi setelah pengukuran ternyata 3.000 hektare area kawasan taman nasional masuk ke wilayah Jember. Dan kita mengusulkan ke Kabupaten Jembe,r” ujarnya.
Yang pertama ditanyakan kepada BKSDA adalah kontribusi yang bakal diterima Pemkab Jember, jika 3.000 hektare wilayah Jember masuk kawasan Taman Nasional Ijen. Pertanyaan ini tak langsung bisa dijawab.
"PAD bisa ada tapi tidak bisa dihitung langsung. Semua Kabupaten ini bertanya itu, karena Ijen sudah terkenal di dunia melalui biro – biro perjalanan wisata di Bali. Jika mau tentu hasilnya jangka panjang,” ujarnya.
Yang terpenting dari Taman Nasional adalah konservasi alam. Proteksi Ijen berguna bagi wilayah sekitar, karena merupakan tempat reservasi air.
Sekitar 2 Juni 2009, Pemkab Jember diharap telah menyetujui Ijen sebagai Taman Nasional. "Kalau tidak, ya kami akan tinggal. Sementara cukup tiga kabupaten saja," tegasnya.
Sekadar diketahui, kawasan terbesar Ijen itu meliputi Banyuwangi dan Bondowoso. Terkecil lainnya adalah Situbondo, dan Jember. Dari empat Kabupaten yang ingin mendapat PAD dari Ijen itu, hanya Jember yang alot.
Adapun alasan Ijen dijadikan Taman Nasional dengan luasan 53.000 hektar yang direncanakan sejak tahun 2000 ini karena hutannya masih murni dan hutan lindung masih terawat.
Kedua, Ijen sangat baik untuk reservasi air, karena di (kawasan) bawah ada kawasan lahan pertanian. Selama ini hutan di kawasan Ijen sering terbakar. Ada kekhawatiran, jika hutan sering dijarah dan terbakar, akan memunculkan potensi bencana alam banjir.
Catatannya daerah hutan Ijen di kawasan Bondowoso mengalami kerusakan parah. Jika Ijen sebagai Taman Nasional, maka habitat elang Jawa akan terlindungi.
Dari hasil penelitian maka setelah diperebutkan 4 Kabupaten, BKSDA memutuskan kantor Balai Taman Nasional Ijen ditempatkan di Bondowoso. Sebab Bondowoso adalah satu-satunya kabupaten yang belum ditempati kantor untuk keperluan konservasi alam. kim


[+/-] Selengkapnya...

KYAI JEMBER TUNTUT 3 KLUB MALAM DITUTUP

JEMBER - Sejumlah Kyai di Jember menuntut agar tiga tempat hiburan malam dan karaoke segera ditutup. Tiga tempat hiburan itu adalah Vegas Club, Happy Puppy, dan Sultan Club.

Para kiai menemukan bukti bahwa tempat itu digunakan sebagai tempat minum-minuman keras dan kegiatan berbau mesum.
Perwakilan kiai ini, antara lain KH Hamid Hasbullah yang dikenal keras, menemui Ketua DPRD Jember Madini Farouq dan empat ketua komisi, di gedung parlemen, Senin (25/5).
Mereka menyampaikan pernyataan sikap dan memberi bukti berupa foto-foto yang diambil dari Vegas Club. Tampak dalam foto tersebut, ada adegan erotis penari dan seorang pria.
"Ini tarian apa hubungan suami istri," kata Madini Farouq.
Vegas Club dan Happy Puppy Karaoke berada di satu lokasi, yakni kompleks pertokoan Gajah Mada Square. Khusus untuk kedua tempat itu, masyarakat Lingkungan Condro merasa tak pernah memberikan izin pembangunannya.
"Masyarakat merasa terganggu dengan suara yang timbul dari tempat hiburan itu. Selain itu, mereka mengkhawatirkan adanya dampak sosial dan budaya negatif yang bisa menjangkiti anak muda," kata Madini.
Masyarakat dan perwakilan kiai, menurut Madini, juga berang, karena lokasi Vegas dan Happy Puppy diapit oleh dua masjid. "Ini bisa dipandang sebagai penghinaan terhadap umat Islam," katanya.
Madini mengatakan, para ketua komisi akan segera menggelar rapat bersama. "Kami akan menelusuri, perizinan awal tiga tempat itu untuk apa. Kalau memang untuk hiburan malam, hiburan malam seperti apa," katanya.
Madini memandang keberadaan tempat-tempat hiburan malam itu lebih berbahaya daripada kehadiran penambangan mangan yang sempat ditentang masyarakat. "Ini bisa menimbulkan dekadensi moral. Secara informal, saya sudah menyampaikan hal ini kepada Bupati," katanya. Kim/*

[+/-] Selengkapnya...

“...........SEMPAT MENELPON SEBELUM BERANGKAT”




OMBANG – “Mboten usah kemawon, kulo badeh bidal dateng Biak, Papua..adik mboten tumut kok, mbinjang mawon nek sampun mantun tugase!!,” begitulah suara terakhir Almarhum Kapten (Penrbang) Firdaus Yunan Nagara (bukan Yuyun Negara, Red : catatan kemarin) kepada ayahnya, Zaenal Fanani.
Ungkapan itu adalah pernyataan saat ditanya, apakah dik Fir mau pulang ke Jombang apa mampir nanti setelah tugas. Apakah sama istri ke Jombang. Soale, adik mau pertunangan. Tapi dijawab tidak oleh Firdaus, karena masih tugas mengantar logistik. Kalau sudah selesai semua baru bisa ke Jombang.
Semua seakan tidak percaya mendapat kabar itu. Man Jen, dan Bek Ning aja terus bertanya sampai perjalanan ke Madiun menjemput jenasah aja masih belum yakin. Sehari sebelum berangkat mendapat tugas mengirim logistik ke Biak Papua, ini Kapten Firdaus berkomunikasi.
“Dia bilang kalau besok mau berangkat ke Papua, tepatnya di Biak. Sekitar sehari, langsung pulang. Dan diperkirakan nyampek Madiun pukul 06.00 WIB hari Rabu (20/5). Katanya “nggih pak adik Lisa sakjane badeh tumut, tapi kulo larang. Wong nggih taksih kerjo,”. Memang istrinya kan kerja di Pelabuhan,” ujar Zaenal Fanani.
Semalam sebelum berangkat juga sempat bicara dengan istrinya soal tugas itu. Bahkan, pagi pagi sekali juga istrinya mengaku malah ingin ikut. Tapi, tidak jadi. Kalau istrinya Analisa Jatu Lystianingrum , ini sedikit merasa kesepian karena sering ditinggal tugas. “Maklum dia kan belum memahami dan belum terbiasa sebagai istri TNI,” ujar Man Jen, menenangkan.
Pagi harinya, sekitar hari Rabu 20 Mei 2009 kemarin sekitar pukul 09.00 WIB, Man Jen melihat televisi. Padahal beritanya sudah mulai pukul 07.00 WIB. Beruntung pukul 09.00 WIB itu – lepas dari kebiasaan melihat TV pukul 05.00 WIB- masih melihat TV. Di salah satu berita stasiun Televisi mengabarkan ada kecelakaan pesawat Hercules, dan jatuh terbakar di Magetan.
“Waduh.. anakku mati iki. Buk... anake dewe iki ketoke di pesawat itu, opo kloter kedua gak weruh.. tapi kan jam saiki dia harus di Madiun, coba tak telpon Lanud Is Wahyudi,” ujar Man Jen.
Saat telepon itu dibenarkan bahwa pukul 06.30 WIB seharunsnya ada pesawat Hercules dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta mendarat di Madiun. Tapi, kok belum datang. Tanpa pikir panjang Man Jen, ambil kunci mobil dan mengajak serta ibunya berangkat ke Madiun tempat beberapa korban dirawat di RSUD dr Soedono setempat.
Begitu, tiba di sana ternyata banyak jenasah sudah siap akan dikafani. Man Jen pun diajak mencari identitas anaknya. Tak selang berapa lama, identitas baju, dan logo serta cincin khusus pernikahan sebagai ciri putranya, ditemukan. Maka jasad tersebut langsung dimandikan, dikafani dan dimasukkan ke peti. Setelah dilangsungkan upacara serah terima, jenasah langsung dibawa ke Jombang. Tiba di Jombang sekitar pukul 22.00 WIB. Rabu malam.
Selain melihat televisi, para keluarga, dan handai taulan dari berbagai penjuru telah datang memadati rumah duka menunggu kedatangan jenasah yang dipastikan oleh orangtua almarhum. Di Dusun Jeruk, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang, dipenuhi kerabat dan saudara termasuk sejumlah teman seangkatan di AKABRI Udara, dan di berbagai kesatuan.
Betapa kehendak Allah SWT itu disajikan lengkap dengan pernik pernik perasaan, dan campur aduk suasana bathin. Bik Ning yang kubayangkan wajahnya tak karuan saat mendengar berita itu, faktanya beradu tegar dengan anak menantu. Analisa Jatu Lystianingrum, ini hanya bisa menepuki dan membelai data serta mengusap pipi ibunya (mertua) dari deraian air mata sambil bicara “Ibu ..harus tabah ya.. kita tidak bisa mengelak takdir” ujarnya lirih berkali kali.
Di satu sisi kebanggaan telah diwujudkan anak nomor satu dari dua bersaudara ini. Almarhum adalah buah karya didikan dari Man Jen dan Bik Ning. Sungguh sebagai upaya dan usaha yang luar biasa kerasnya hingga bisa menjadikan Firdaus menjadi perwira di AKABRI UDARA.
Inilah kuasa Illahi. Bayangkan, saja sebenarnya hari itu adalah hari rencana pertunangan Nurdian Firlana (27) dengan seorang gadis tetangganya tak jauh dari rumah duka. Tapi, berhubung ada musibah itu pertunangan ditunda untuk dilakukan hari yang lain.
Sebelumnya Bik Ning jatuh berkali kali, karena dia masih juga belum percaya dengan melontarkan kalimat kalimat tanya saat diwawancarai Televisi.
“Loh.. kok anakku katut.. anakku ternyata katut .. anak kulo katut tah terose,“ ujarnya berkali kali. Analisa Jatu Lystianingrum, semula biasa saja. Dia hanya memegangi foto almarhum saja dengan pakaian seragam pilot putih, latar belakang bendera skuadron 31 Halim Perdana Kusuma, berjalan ke sana ke mari. Foto itu saja yang dia dekap. Dipandangi, dicium, dan didekap lagi.
Dicium dan terus dipandangi, di dekap lagi bersama ibu mertuanya, bibi ku. Man Jen sendiri, di depan teman – temannya mengaku sangat tegar. “Kullu nafsin dhaiqotul maut..” semua yang hidup akan mati.. “Itu garis dari Allah, kita tidak tahu kapan itu makanya ada keterkejutan di setiap berita itu. Dan itu wajar. Sayapun mendengar itu biasa. Tapi kan harus kaget. Saya belum memejamkan mata ini, dan kemasukan nasi sedikitpun. Merem sedikit saja, terlintas wajah anak saya..”Dia selalu memanggil bapak bapak dalam setiap apapun,” ujar Man Jen.
Begitu pelayat sudah memadati halaman dan rumah duka, hari Kamis (21/5) segera dilangsungkan upacara serah terima jenasah dari keluarga ke TNI AU, untuk mengebumikan almarhum. Setelah disholati, ayahku Syamsul Huda bertugas melakukan penyerahan jenasah itu ingin menegaskan dan meminta kesaksian semua pelayat dan kerabat yang datang, diantaranya
1. Apakah anakku bernama Muhammad Firdaus Yunan Nagara ini seorang yang baik...? Apakah baik atau jelek.. baik apa baik ?..” serentak dijawab ratusan pelayat itu dengan serentak “BAIK”.
2. Apakah anakku bernama Muhammad Firdaus Yunan Nagara ini Islam apa non Islam..? Apakah sebelum meninggal dia Islam apa tidak ?” serentak dijawab ratusan pelayat dengan jawaban “ISLAM”.
3. Apakah semua yang dilakukan ananda Muhammad Firdaus Yunan Nagara selama ini diikhlaskan dan dimaafkan “serentak dijawab ratusan pelayat “dimaafkan”.
Setelah itu Abah Syamsul Huda ini, menyerahkan proses pemakaman almarhum secara militer itu kepada TNI AU. Upacara serah terima itu dipimpin oleh Inspektur Upacara Letkol (Penerbang) Awang Kurniawan dari Pangkalan TNI AU di Surabaya.
Upacara dimulai sekitar pukul 09.00 WIB diawali dengan sambutan dari pihak keluarga. Setelah itu dilakukan penghormatan terakhir dengan mengangkat peti jenasah berjalan melewati pasukan bersenjata dan keluarga yang ditinggalkan. Setelah itu pembacaan penerimaan jenasah dari keluarga ke TNI AU, dengan pembacaan pernyataan penerimaan dari Inspektur Upacara.
Sepuluh menit kemudian upacara ditutup dengan doa, dan dilanjutkan dengan pemakaman. Setiba di pemakaman, ada upacara lagi. Dalam upacara itu, terlihat Bik Ning (Muslikah, Analisa Jatu, dan Man Jen tampak tegar memandang menerawang ke langit. Mengikut setiap detik demi detik rangkaian upacara yang ditutup dengan tembakan salfo, sebelum peti jenasah dimasukkan ke liang lahat.
“Tar...tar...tar “ tembakan salfo usai. Peti jenasah yang dibungkus kain putih itu perlahan ditarik dari tutupnya berupa bendera merah putih. Baru kemudian tepat di dasar lubang , pihak keluarga menabur bunga, hingga berurutan istri dan orangtuanya. Baru kemudian diurug dengan tanah.
Satu persatu tanah mengurug peti jenasah itu, dan hingga tidak terlihat lagi. Saat itulah suasana keluarga mulai gundah kembali. Analisa sang istri almarhum terlihat mulai memerah matanya, dan kembali meneteskan air mata.
Betapa tidak, wajah almarhum dan tubuhnya terakhir dia memegangnya malam sebelum berangkat itu saja. Dan saat meninggal semua tidak bisa melihatnya...”Maaf... jasad korban sudah tidak berbentuk lagi terbakar dan langsung dibungkus dengan kain, hingga tiba dari Madiun tidak dibuka sama sekali,” keluargapun tidak bisa melihatnya hingga dikuburkan.
Hanya foto yang selalu dipegangi istri almarhum. Analisa Jatu Lystianingrum ini tergolong tegar. Tapi, dia berkali- kali tidak kuasa menahan gemetaran jiwa, dan rasa kehilangan yang cukup mendalam. Sebab, sejak menikah dengan Firdaus Yunan Nagara (akad nikah 28 Desember 2008), dia belum dikaruniai keturunan satupun.
Karena banyak tugas, maka pernikahan dan pesta pernikahan baru dilangsungkan tanggal 22 Maret 2009. Anak pertama pasangan Zaenal Fanani – Muslikah ini lahir pada tanggal 26 Maret 1979. Almarhum adalah sosok yang penurut semua kehendak orangtua. Berbakti kepada orangtua.
Dalam kondisi apapun dia menurut dengan orangtua. Termasuk dalam setiap pilihan pilihan hidupnya untuk berkarir. Tak lebih adalah masuk menjadi AKABRI Udara itu bagian dari kesenangan dan kemauan keras dari orangtua agar menjadikan anaknya berhasil dan sukses.
Firdaus memiliki jiwa seperti ibunya. Muslikah biasa aku sapa bik ning itu yang jelas orangnya lembut, jujur, lugas, dan berbudi. Dia cantik sekali. Semasa mudanya hingga pernikahan dengan Man Jen membuat banyak orang terpesona. Orang yang lembut hatinya, diberi lelaki yang keras hati dan tegas.
Itulah garis Illahi. Firdaus tidak pernah memiliki rasa marah berkepanjangan alias dendam. Dia juga tidak pernah memiliki perasaan negatif kepada semua orang. Hal itu dibuktikan dengan setiap kali berbicara selalu lambat tapi kalimat yang keluar dari mulutnya itu hasil saringan pikirannya.
“Lambat itu karena yang terlontar itu selalu dia pikirkan terlebih dahulu. Tidak ceplas ceplos seperti saya,. Waduh 1001 pribadi seperti almarhum ini. Bayangkan, saat berbicara dengan sayapun kelihatan sekali sebelum mengeluarkan sesuatu selalu berpikir lengkap,” ujar Bu Yani, (52) istri Sarwono, besan dari Bik Ning.
Kesaksian Bu Yani, ini dibenarkan Analisa Jatu Lystianingrum. Istri Firdaus ini tidak pernah mendapat marah, dan kata kasar. Tapi, perhatian lebih yang dia terima. Satu contoh, Analisa yang berulang tahun 2 Juli besok ini, ternyata hadiah berupa HP sudah dibelikan Firdaus. Hadiah sudah didahulukan.
“Mungkin itu juga salah satu firasatnya mungkin,” ujar Analisa Jatu Lystinaningrum, yang bekerja di salah perusahaan Pelabuhan di Jakarta Utara, bersama ayahnya.
Akhirnya tidak ada pesta yang tidak usai. Kini setelah banyak orang berkumpul, semua manusia akan sendiri sendiri lagi. Di saat ini banyak ungkapan simpatik dari teman teman lainnya, barangkali besok sudah berhenti. Dan tinggal sendirian pihak keluarga dan sang istri harus membenahi kehidupan selanjutnya..”Semoga Allah selalu meridhoi setiap langkahmu Man Jen, dan Bik Ning. Dan semoga engkau Analisa Jatu Lystianingrum diberi kemudahan dan ridho dari Allah selalu, Amin...”.kim

[+/-] Selengkapnya...

“....RASANYA BARU KEMARIN”




• Keluarga Bangga, Cita Cita Jenderalmu Firdaus

JOMBANG - “Kamu kalau ingin berhasil, sekolah yang tinggi. Jangan berhenti sekolah. Orang yang ilmunya tinggi, derajatnya akan diangkat sama Allah SWT,” begitulah ungkapan yang sering kita berdua dengar dari mulut kedua orangtuaku termasuk pamanku Zaenal Fanani.
“Kamu harus punya cita – cita. Orang hidup harus punya cita – cita tinggi setinggi langit. Kalau tidak punya cita – cita bagaikan burung tak bersayap,” sergah ayahku Syamsul Huda, kakak Zaenal Fanani, menimpali dalam setiap pertemuan keluarga rutin saat itu.
Saat lontaran kalimat – kalimat itu meluncur deras ke telinga, rasanya hati ini mau berontak. Tapi kupendam saja. Itulah baktiku kepada orangtua. Dengan diam dan berpikir tanpa mengeluarkan kata – kata gumam sedikitpun, sebagai bagian dari baktiku.
“Biarlah gak usah cita – cita, nanti menyalahi taqdir. Wong taqdir kan sudah digariskan,” aku bergumam dalam hati.
Kalimat nasehat masih jelas terngiang sampai sekarang di telinga ini. Rasanya baru kemarin aku bersama Firdauz Yuyun Negara bersenda gurau. Kita berdua bermain bersama, manjat pohon asam bersama. Main sepeda pancal bersama.
Betapa hati ini rasanya bak disambar petir, ketika aku baru berangkat kerja mencari informasi ke teman – teman di Kota Tembakau Jember, tepatnya di hari Rabu (20/5) bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional aku mendapat SMS dari adikku, Nur Kumala dari Jombang.
Isi SMS nya itu adalah “Mas ada kecelakaan pesawat di Magetan. Tolong lihat di TV, katanya dik Fir, ikut di dalamnya,” begitulah isi SMS nya.
Dari situlah, aku terbayang semua yang ada di kampung. Orangtuaku, pamanku, dan saudara saudaraku. Termasuk adik - adikku. Terbayang jelas wajah wajah mereka. Aku tak bisa bayangkan betapa wajah Bibi ku bernama Muslikah, biasa aku panggil Bek Ning mendengar kabar itu. Selimut kesedihan dipastikan meradang menyayat nyayat hati. Pilu, sedih gundah, dan lain sebagainya campur aduk.
Yang pasti, aku akan gak tega melihatnya. Aku bisa membayangkan wajahnya, kesedihannya, sorot matanya. Aku pasti ikut masuk ke ruang ruang kesedihan itu. Ayahku Syamsul Huda - kakaknya Zaenal Fanani – menyarankan segera pulang saja.
Zaenal Fanani (56) biasa aku sapa Man Jen ini adalah putra ke 9 dari 11 bersaudara pasangan Muayah – Mastur, di Desa Jatipandak, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang. Adik dari ayahku Syamsul Huda.
Begitu usah bayangan – bayangan wajah keluarga melintas, termasuk kalimat - kalimat yang terlontar dari pamanku dan ayahku selama aku menjalani kehidupan di usia remaja, aku langsung terlintas wajah Firdaus Yuyun Negara.
Wajah yang tidak bisa aku lupakan. Wajah adikku yang sangat lugu itu. Sorot matanya aku masih ingat betul. Lugas, jujur, dan senyumannya mirip sekali dengan Bek Ning. Wajah adikku yang satu ini tidak ngebuang sama sekali ke wajah Bek Ning - ibunya.
Semasa kecilku, orangtua dik Fir inilah yang merawatku. Mulai menyusui, hingga aku masuk ke TK. Aku seperti anak mereka sendiri. Aku lupa tanggal lahir Firdaus. Sekitar Tahun 1979 Firdaus Younan Nagara terlahir.
Perawakannya bongsor. Dia cepat tumbuh besar. Firdaus kecil suka main sepak bola. Sangat akrab betul dengan bola. Maklum paman kita semua adalah mantan pemain bola. M Cholison, sendiri adalah paman kita, adik dari Zaenal Fanani.
Dia seorang maestro pemain Persebaya, saat itu. Di era jaman keemasan Niac Mitra Surabaya, tahun 1980-an M Cholison sangat harum. Semua ponakannya dilatih sepak bola. Tapi setelah remaja, menginjak SMA, kita mulai berpencar.
Sibuk dengan tugas kita sebagai pelajar masing – masing. Kita sekolah tanpa kenal lelah. Dengan harapan sekolah dengan lulus bagus, dan nilai bagus. Harapannya, kalau tidak bisa masuk PTN ya ke AKABRI.
Bakat bakat bermain sepak bola terus terbawa sampai kita SMA. Selepas SMA aku mulai jarang pulang. Aku pun belajar di Perguruan Tinggi di Jember, Unej. Harapan membanggakan orangtua belum kupenuhi rasanya sampai hari ini.
Kusempat diskusi dengan semua ponakan, adik, dan mas sepantaran ku. Ada Mas Yun, Mas Nanung, Mas Dayat, Mas Zon, Cak Luk, Mas An, Agus, Nanang, Masud, Cak Amin, semua ngumpul membicarakan mau jadi apa kalau besar.
Tidak ada kata yang terlontar dari mulut si kecil Firdaus. Dia yang lebih akrab sebagai anak mama ini jarang keluar rumah. Firdaus, harus berhasil dalam sekolah. Kita yang lebih suka bermain kumpul – kumpul mendapati Firdaus kecil, saat bertandang disuruh orangtuanya mengantar sesuatu. Makanan, dan wewean (istilah Jawa = oleh oleh).
Firdaus tidak pernah bilang kalau ada niatan masuk AKABRI. Tapi, orangtua terus mendorong. Hingga akhirnya kabar terakhir masuk Akabri Angkatan Udara. “Ya.. kalau bisa jadi Jenderal Mas. Tapi kalau tidak bisa ya,.. jadi mantunya Jenderal, hehehe” kelakarnya.
Kelakar ini disambut gelak tawa Man Jen. Ayah Firdaus ini dikenal tegas, bicaranya lantang bak bledek petir menyambar. Pendiriannya tegas, kaku. Dan wataknya keras. Tapi, sangat lembut kepada anak anaknya dan keluarga.
Firdauz sendiri menamatkan sekolahnya di SDN Bedahlawak, Kecamatan Tembelang, dan melanjutkan ke jenjang SMP di Candisari, Kesamben Jombang. Alumni SMAN 1 Jombang ini masuk AKABRI UDARA tahun 1997, dan kabar terakhir Firdaus Yunan Nagara lulus AKABRI tahun 2000.
Aku saat itu baru saja lulus dari Unej, dengan gelar bapak - bapak. Karena aku udah punya momongan. Anak pertamaku Muhammad Airel Lazzaransyah. Saat itu, dalam pertemuan keluarga rutin, dengan bangga pamanku, Zaenal Fanani – ayah almarhum – terus cerita ke sana ke mari.
“Anakku iki loh sing ngganteng dewe, masuk Akabri Udara. Wah.. prestasinya oke.. calon Pilot loh kim,” ujar Zaenal Fanani, mantan Kepala Desa Jatiduwur, ini setiap kali bertemu denganku saat Hari Raya Idul Fitri sebagai momentum pertemuan keluarga.
Berbagai atribut mulai jaket, dan semua hal beraroma TNI AU mewarnai setiap kelengkapan busana keluarga. Bangga sekali rasanya menjadi keluarga militer. Angkatan Udara. Dengan harapan segudang prestasi akan ditorehkan oleh sang calon Pilot Firdaus Yunan Nagara.
Firdaus, saat usai lulus dari AKABRI UDARA langsung dinas di SKUADRON 31 Halim Perdana Kusuma. Dia selang beberapa bulan menikah dengan Analisa Jatu Lystia Ningrum. Pasangan yang tergolong masih fresh ini belum dikaruniai anak.
Tapi sekarang apa daya. Firdaus sudah meninggalkan keluarga. Semua anggota keluarga sangat terpukul. Rasanya aku ingin sekali mengabari kepada dunia. Bahwa korban co pillot di kecelakaan pesawat itu adik saya.
“Kebanggaan masih membekas, walau sayat - sayat pilu hati ini mendera terus menerus. Bertubi tubi datang silih berganti. Berganti perasaan hingga aku tidak kuasa terjerembab ke dalam lubang kesedihan,” kataku.
Tapi, kembali lagi bahwa Firdauz Yunan Nagara, sudah memberi kami sekeluarga kebanggaan. Segudang harapan, dan kebanggaan. Walau hanya sekejap. Bagi kami itulah hidup. Hidup ini sudah memiliki peran masing – masing. Kita dituntut untuk ikhlas.
“Ya.. Allah.. semoga aku selalu engkau beri petunjuk dan keridhoan Mu. Aku hanya inginkan itu semua ya Allah,” .
Saya sungguh sangat yakin, Pamanku Zaenal Fanani, orangnya kuat. Tegar, dan saya yakin bisa menerima garis Illahi ini. “Man Jen, aku ini juga anakmu. Kau selalu menasehati aku. Bagian dari cerminan keluarga kami semua. Kini, satu persatu anggota keluarga besar kita diambil sama Allah. Semoga keluarga besar kita bisa memahami kehendak ALLAH ini,”.
Kini, anak Man Jen tinggal satu, Nurdian Firlana (27). Adik kandung Firdauz Yunan Nagara (30). Di Dusun Jeruk, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, inilah semua masyarakat Jombang dan seantero nusantara pernah melihat ada putra terbaik nya yang ingin mengabdikan diri bagi keluarga dan menjadi kebanggaan bangsa dan negara. Tapi apa daya, garis Illahi berbicara lain.
Semasa hidup, Firdaus sebagai anak pendiam. Dia penurut dengan kedua orangtuanya. Anak yang selalu berada di panggulan ayahnya ini belakangan cukup membanggakan keluarga besar Mbah Kyai Mastur di Desa Jatipandak, Kesamben, Jombang.
Dia suka makan asam mentah. Seperti kebiasaan kita saat masih remaja. Sering bermain di Desa Jombatan, ke rumah paman paman kita. Di rumah Bu De Ndun, itu kita selalu bersenda gurau, bercengkerama. Terutama saat datang bulan puasa.

Nama Korban : Kapten Firdauz Yunan Nagara (30) – Co Pilot Hercules C 130.
Lahir : Jombang, 26 Maret 1979
Masuk Akabri : Tahun 1997
Lulus Akabri : Tahun 2000
Menikah : 28 Desember 2008 (Akad Nikah)
Resepsi : Jakarta, 22 Maret 2009
Tinggal : Wisma Cendrawasih Jakarta
Nama Istri : Analisa Jatu Lystianingrum (24)
Nama Ayah : Zaenal Fanani (56)
Nama Ibu : Muslikah (43)
Nama Adik : Nurdian Firlana (27).
Alamat Rumah : Dusun Jeruk, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang.



[+/-] Selengkapnya...