DUDUK 2 JAM JADI JUTAWAN

Nih Dia !

“....RASANYA BARU KEMARIN”




• Keluarga Bangga, Cita Cita Jenderalmu Firdaus

JOMBANG - “Kamu kalau ingin berhasil, sekolah yang tinggi. Jangan berhenti sekolah. Orang yang ilmunya tinggi, derajatnya akan diangkat sama Allah SWT,” begitulah ungkapan yang sering kita berdua dengar dari mulut kedua orangtuaku termasuk pamanku Zaenal Fanani.
“Kamu harus punya cita – cita. Orang hidup harus punya cita – cita tinggi setinggi langit. Kalau tidak punya cita – cita bagaikan burung tak bersayap,” sergah ayahku Syamsul Huda, kakak Zaenal Fanani, menimpali dalam setiap pertemuan keluarga rutin saat itu.
Saat lontaran kalimat – kalimat itu meluncur deras ke telinga, rasanya hati ini mau berontak. Tapi kupendam saja. Itulah baktiku kepada orangtua. Dengan diam dan berpikir tanpa mengeluarkan kata – kata gumam sedikitpun, sebagai bagian dari baktiku.
“Biarlah gak usah cita – cita, nanti menyalahi taqdir. Wong taqdir kan sudah digariskan,” aku bergumam dalam hati.
Kalimat nasehat masih jelas terngiang sampai sekarang di telinga ini. Rasanya baru kemarin aku bersama Firdauz Yuyun Negara bersenda gurau. Kita berdua bermain bersama, manjat pohon asam bersama. Main sepeda pancal bersama.
Betapa hati ini rasanya bak disambar petir, ketika aku baru berangkat kerja mencari informasi ke teman – teman di Kota Tembakau Jember, tepatnya di hari Rabu (20/5) bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional aku mendapat SMS dari adikku, Nur Kumala dari Jombang.
Isi SMS nya itu adalah “Mas ada kecelakaan pesawat di Magetan. Tolong lihat di TV, katanya dik Fir, ikut di dalamnya,” begitulah isi SMS nya.
Dari situlah, aku terbayang semua yang ada di kampung. Orangtuaku, pamanku, dan saudara saudaraku. Termasuk adik - adikku. Terbayang jelas wajah wajah mereka. Aku tak bisa bayangkan betapa wajah Bibi ku bernama Muslikah, biasa aku panggil Bek Ning mendengar kabar itu. Selimut kesedihan dipastikan meradang menyayat nyayat hati. Pilu, sedih gundah, dan lain sebagainya campur aduk.
Yang pasti, aku akan gak tega melihatnya. Aku bisa membayangkan wajahnya, kesedihannya, sorot matanya. Aku pasti ikut masuk ke ruang ruang kesedihan itu. Ayahku Syamsul Huda - kakaknya Zaenal Fanani – menyarankan segera pulang saja.
Zaenal Fanani (56) biasa aku sapa Man Jen ini adalah putra ke 9 dari 11 bersaudara pasangan Muayah – Mastur, di Desa Jatipandak, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang. Adik dari ayahku Syamsul Huda.
Begitu usah bayangan – bayangan wajah keluarga melintas, termasuk kalimat - kalimat yang terlontar dari pamanku dan ayahku selama aku menjalani kehidupan di usia remaja, aku langsung terlintas wajah Firdaus Yuyun Negara.
Wajah yang tidak bisa aku lupakan. Wajah adikku yang sangat lugu itu. Sorot matanya aku masih ingat betul. Lugas, jujur, dan senyumannya mirip sekali dengan Bek Ning. Wajah adikku yang satu ini tidak ngebuang sama sekali ke wajah Bek Ning - ibunya.
Semasa kecilku, orangtua dik Fir inilah yang merawatku. Mulai menyusui, hingga aku masuk ke TK. Aku seperti anak mereka sendiri. Aku lupa tanggal lahir Firdaus. Sekitar Tahun 1979 Firdaus Younan Nagara terlahir.
Perawakannya bongsor. Dia cepat tumbuh besar. Firdaus kecil suka main sepak bola. Sangat akrab betul dengan bola. Maklum paman kita semua adalah mantan pemain bola. M Cholison, sendiri adalah paman kita, adik dari Zaenal Fanani.
Dia seorang maestro pemain Persebaya, saat itu. Di era jaman keemasan Niac Mitra Surabaya, tahun 1980-an M Cholison sangat harum. Semua ponakannya dilatih sepak bola. Tapi setelah remaja, menginjak SMA, kita mulai berpencar.
Sibuk dengan tugas kita sebagai pelajar masing – masing. Kita sekolah tanpa kenal lelah. Dengan harapan sekolah dengan lulus bagus, dan nilai bagus. Harapannya, kalau tidak bisa masuk PTN ya ke AKABRI.
Bakat bakat bermain sepak bola terus terbawa sampai kita SMA. Selepas SMA aku mulai jarang pulang. Aku pun belajar di Perguruan Tinggi di Jember, Unej. Harapan membanggakan orangtua belum kupenuhi rasanya sampai hari ini.
Kusempat diskusi dengan semua ponakan, adik, dan mas sepantaran ku. Ada Mas Yun, Mas Nanung, Mas Dayat, Mas Zon, Cak Luk, Mas An, Agus, Nanang, Masud, Cak Amin, semua ngumpul membicarakan mau jadi apa kalau besar.
Tidak ada kata yang terlontar dari mulut si kecil Firdaus. Dia yang lebih akrab sebagai anak mama ini jarang keluar rumah. Firdaus, harus berhasil dalam sekolah. Kita yang lebih suka bermain kumpul – kumpul mendapati Firdaus kecil, saat bertandang disuruh orangtuanya mengantar sesuatu. Makanan, dan wewean (istilah Jawa = oleh oleh).
Firdaus tidak pernah bilang kalau ada niatan masuk AKABRI. Tapi, orangtua terus mendorong. Hingga akhirnya kabar terakhir masuk Akabri Angkatan Udara. “Ya.. kalau bisa jadi Jenderal Mas. Tapi kalau tidak bisa ya,.. jadi mantunya Jenderal, hehehe” kelakarnya.
Kelakar ini disambut gelak tawa Man Jen. Ayah Firdaus ini dikenal tegas, bicaranya lantang bak bledek petir menyambar. Pendiriannya tegas, kaku. Dan wataknya keras. Tapi, sangat lembut kepada anak anaknya dan keluarga.
Firdauz sendiri menamatkan sekolahnya di SDN Bedahlawak, Kecamatan Tembelang, dan melanjutkan ke jenjang SMP di Candisari, Kesamben Jombang. Alumni SMAN 1 Jombang ini masuk AKABRI UDARA tahun 1997, dan kabar terakhir Firdaus Yunan Nagara lulus AKABRI tahun 2000.
Aku saat itu baru saja lulus dari Unej, dengan gelar bapak - bapak. Karena aku udah punya momongan. Anak pertamaku Muhammad Airel Lazzaransyah. Saat itu, dalam pertemuan keluarga rutin, dengan bangga pamanku, Zaenal Fanani – ayah almarhum – terus cerita ke sana ke mari.
“Anakku iki loh sing ngganteng dewe, masuk Akabri Udara. Wah.. prestasinya oke.. calon Pilot loh kim,” ujar Zaenal Fanani, mantan Kepala Desa Jatiduwur, ini setiap kali bertemu denganku saat Hari Raya Idul Fitri sebagai momentum pertemuan keluarga.
Berbagai atribut mulai jaket, dan semua hal beraroma TNI AU mewarnai setiap kelengkapan busana keluarga. Bangga sekali rasanya menjadi keluarga militer. Angkatan Udara. Dengan harapan segudang prestasi akan ditorehkan oleh sang calon Pilot Firdaus Yunan Nagara.
Firdaus, saat usai lulus dari AKABRI UDARA langsung dinas di SKUADRON 31 Halim Perdana Kusuma. Dia selang beberapa bulan menikah dengan Analisa Jatu Lystia Ningrum. Pasangan yang tergolong masih fresh ini belum dikaruniai anak.
Tapi sekarang apa daya. Firdaus sudah meninggalkan keluarga. Semua anggota keluarga sangat terpukul. Rasanya aku ingin sekali mengabari kepada dunia. Bahwa korban co pillot di kecelakaan pesawat itu adik saya.
“Kebanggaan masih membekas, walau sayat - sayat pilu hati ini mendera terus menerus. Bertubi tubi datang silih berganti. Berganti perasaan hingga aku tidak kuasa terjerembab ke dalam lubang kesedihan,” kataku.
Tapi, kembali lagi bahwa Firdauz Yunan Nagara, sudah memberi kami sekeluarga kebanggaan. Segudang harapan, dan kebanggaan. Walau hanya sekejap. Bagi kami itulah hidup. Hidup ini sudah memiliki peran masing – masing. Kita dituntut untuk ikhlas.
“Ya.. Allah.. semoga aku selalu engkau beri petunjuk dan keridhoan Mu. Aku hanya inginkan itu semua ya Allah,” .
Saya sungguh sangat yakin, Pamanku Zaenal Fanani, orangnya kuat. Tegar, dan saya yakin bisa menerima garis Illahi ini. “Man Jen, aku ini juga anakmu. Kau selalu menasehati aku. Bagian dari cerminan keluarga kami semua. Kini, satu persatu anggota keluarga besar kita diambil sama Allah. Semoga keluarga besar kita bisa memahami kehendak ALLAH ini,”.
Kini, anak Man Jen tinggal satu, Nurdian Firlana (27). Adik kandung Firdauz Yunan Nagara (30). Di Dusun Jeruk, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, inilah semua masyarakat Jombang dan seantero nusantara pernah melihat ada putra terbaik nya yang ingin mengabdikan diri bagi keluarga dan menjadi kebanggaan bangsa dan negara. Tapi apa daya, garis Illahi berbicara lain.
Semasa hidup, Firdaus sebagai anak pendiam. Dia penurut dengan kedua orangtuanya. Anak yang selalu berada di panggulan ayahnya ini belakangan cukup membanggakan keluarga besar Mbah Kyai Mastur di Desa Jatipandak, Kesamben, Jombang.
Dia suka makan asam mentah. Seperti kebiasaan kita saat masih remaja. Sering bermain di Desa Jombatan, ke rumah paman paman kita. Di rumah Bu De Ndun, itu kita selalu bersenda gurau, bercengkerama. Terutama saat datang bulan puasa.

Nama Korban : Kapten Firdauz Yunan Nagara (30) – Co Pilot Hercules C 130.
Lahir : Jombang, 26 Maret 1979
Masuk Akabri : Tahun 1997
Lulus Akabri : Tahun 2000
Menikah : 28 Desember 2008 (Akad Nikah)
Resepsi : Jakarta, 22 Maret 2009
Tinggal : Wisma Cendrawasih Jakarta
Nama Istri : Analisa Jatu Lystianingrum (24)
Nama Ayah : Zaenal Fanani (56)
Nama Ibu : Muslikah (43)
Nama Adik : Nurdian Firlana (27).
Alamat Rumah : Dusun Jeruk, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang.



Tidak ada komentar: