DUDUK 2 JAM JADI JUTAWAN

Nih Dia !

“...........SEMPAT MENELPON SEBELUM BERANGKAT”




OMBANG – “Mboten usah kemawon, kulo badeh bidal dateng Biak, Papua..adik mboten tumut kok, mbinjang mawon nek sampun mantun tugase!!,” begitulah suara terakhir Almarhum Kapten (Penrbang) Firdaus Yunan Nagara (bukan Yuyun Negara, Red : catatan kemarin) kepada ayahnya, Zaenal Fanani.
Ungkapan itu adalah pernyataan saat ditanya, apakah dik Fir mau pulang ke Jombang apa mampir nanti setelah tugas. Apakah sama istri ke Jombang. Soale, adik mau pertunangan. Tapi dijawab tidak oleh Firdaus, karena masih tugas mengantar logistik. Kalau sudah selesai semua baru bisa ke Jombang.
Semua seakan tidak percaya mendapat kabar itu. Man Jen, dan Bek Ning aja terus bertanya sampai perjalanan ke Madiun menjemput jenasah aja masih belum yakin. Sehari sebelum berangkat mendapat tugas mengirim logistik ke Biak Papua, ini Kapten Firdaus berkomunikasi.
“Dia bilang kalau besok mau berangkat ke Papua, tepatnya di Biak. Sekitar sehari, langsung pulang. Dan diperkirakan nyampek Madiun pukul 06.00 WIB hari Rabu (20/5). Katanya “nggih pak adik Lisa sakjane badeh tumut, tapi kulo larang. Wong nggih taksih kerjo,”. Memang istrinya kan kerja di Pelabuhan,” ujar Zaenal Fanani.
Semalam sebelum berangkat juga sempat bicara dengan istrinya soal tugas itu. Bahkan, pagi pagi sekali juga istrinya mengaku malah ingin ikut. Tapi, tidak jadi. Kalau istrinya Analisa Jatu Lystianingrum , ini sedikit merasa kesepian karena sering ditinggal tugas. “Maklum dia kan belum memahami dan belum terbiasa sebagai istri TNI,” ujar Man Jen, menenangkan.
Pagi harinya, sekitar hari Rabu 20 Mei 2009 kemarin sekitar pukul 09.00 WIB, Man Jen melihat televisi. Padahal beritanya sudah mulai pukul 07.00 WIB. Beruntung pukul 09.00 WIB itu – lepas dari kebiasaan melihat TV pukul 05.00 WIB- masih melihat TV. Di salah satu berita stasiun Televisi mengabarkan ada kecelakaan pesawat Hercules, dan jatuh terbakar di Magetan.
“Waduh.. anakku mati iki. Buk... anake dewe iki ketoke di pesawat itu, opo kloter kedua gak weruh.. tapi kan jam saiki dia harus di Madiun, coba tak telpon Lanud Is Wahyudi,” ujar Man Jen.
Saat telepon itu dibenarkan bahwa pukul 06.30 WIB seharunsnya ada pesawat Hercules dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta mendarat di Madiun. Tapi, kok belum datang. Tanpa pikir panjang Man Jen, ambil kunci mobil dan mengajak serta ibunya berangkat ke Madiun tempat beberapa korban dirawat di RSUD dr Soedono setempat.
Begitu, tiba di sana ternyata banyak jenasah sudah siap akan dikafani. Man Jen pun diajak mencari identitas anaknya. Tak selang berapa lama, identitas baju, dan logo serta cincin khusus pernikahan sebagai ciri putranya, ditemukan. Maka jasad tersebut langsung dimandikan, dikafani dan dimasukkan ke peti. Setelah dilangsungkan upacara serah terima, jenasah langsung dibawa ke Jombang. Tiba di Jombang sekitar pukul 22.00 WIB. Rabu malam.
Selain melihat televisi, para keluarga, dan handai taulan dari berbagai penjuru telah datang memadati rumah duka menunggu kedatangan jenasah yang dipastikan oleh orangtua almarhum. Di Dusun Jeruk, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang, dipenuhi kerabat dan saudara termasuk sejumlah teman seangkatan di AKABRI Udara, dan di berbagai kesatuan.
Betapa kehendak Allah SWT itu disajikan lengkap dengan pernik pernik perasaan, dan campur aduk suasana bathin. Bik Ning yang kubayangkan wajahnya tak karuan saat mendengar berita itu, faktanya beradu tegar dengan anak menantu. Analisa Jatu Lystianingrum, ini hanya bisa menepuki dan membelai data serta mengusap pipi ibunya (mertua) dari deraian air mata sambil bicara “Ibu ..harus tabah ya.. kita tidak bisa mengelak takdir” ujarnya lirih berkali kali.
Di satu sisi kebanggaan telah diwujudkan anak nomor satu dari dua bersaudara ini. Almarhum adalah buah karya didikan dari Man Jen dan Bik Ning. Sungguh sebagai upaya dan usaha yang luar biasa kerasnya hingga bisa menjadikan Firdaus menjadi perwira di AKABRI UDARA.
Inilah kuasa Illahi. Bayangkan, saja sebenarnya hari itu adalah hari rencana pertunangan Nurdian Firlana (27) dengan seorang gadis tetangganya tak jauh dari rumah duka. Tapi, berhubung ada musibah itu pertunangan ditunda untuk dilakukan hari yang lain.
Sebelumnya Bik Ning jatuh berkali kali, karena dia masih juga belum percaya dengan melontarkan kalimat kalimat tanya saat diwawancarai Televisi.
“Loh.. kok anakku katut.. anakku ternyata katut .. anak kulo katut tah terose,“ ujarnya berkali kali. Analisa Jatu Lystianingrum, semula biasa saja. Dia hanya memegangi foto almarhum saja dengan pakaian seragam pilot putih, latar belakang bendera skuadron 31 Halim Perdana Kusuma, berjalan ke sana ke mari. Foto itu saja yang dia dekap. Dipandangi, dicium, dan didekap lagi.
Dicium dan terus dipandangi, di dekap lagi bersama ibu mertuanya, bibi ku. Man Jen sendiri, di depan teman – temannya mengaku sangat tegar. “Kullu nafsin dhaiqotul maut..” semua yang hidup akan mati.. “Itu garis dari Allah, kita tidak tahu kapan itu makanya ada keterkejutan di setiap berita itu. Dan itu wajar. Sayapun mendengar itu biasa. Tapi kan harus kaget. Saya belum memejamkan mata ini, dan kemasukan nasi sedikitpun. Merem sedikit saja, terlintas wajah anak saya..”Dia selalu memanggil bapak bapak dalam setiap apapun,” ujar Man Jen.
Begitu pelayat sudah memadati halaman dan rumah duka, hari Kamis (21/5) segera dilangsungkan upacara serah terima jenasah dari keluarga ke TNI AU, untuk mengebumikan almarhum. Setelah disholati, ayahku Syamsul Huda bertugas melakukan penyerahan jenasah itu ingin menegaskan dan meminta kesaksian semua pelayat dan kerabat yang datang, diantaranya
1. Apakah anakku bernama Muhammad Firdaus Yunan Nagara ini seorang yang baik...? Apakah baik atau jelek.. baik apa baik ?..” serentak dijawab ratusan pelayat itu dengan serentak “BAIK”.
2. Apakah anakku bernama Muhammad Firdaus Yunan Nagara ini Islam apa non Islam..? Apakah sebelum meninggal dia Islam apa tidak ?” serentak dijawab ratusan pelayat dengan jawaban “ISLAM”.
3. Apakah semua yang dilakukan ananda Muhammad Firdaus Yunan Nagara selama ini diikhlaskan dan dimaafkan “serentak dijawab ratusan pelayat “dimaafkan”.
Setelah itu Abah Syamsul Huda ini, menyerahkan proses pemakaman almarhum secara militer itu kepada TNI AU. Upacara serah terima itu dipimpin oleh Inspektur Upacara Letkol (Penerbang) Awang Kurniawan dari Pangkalan TNI AU di Surabaya.
Upacara dimulai sekitar pukul 09.00 WIB diawali dengan sambutan dari pihak keluarga. Setelah itu dilakukan penghormatan terakhir dengan mengangkat peti jenasah berjalan melewati pasukan bersenjata dan keluarga yang ditinggalkan. Setelah itu pembacaan penerimaan jenasah dari keluarga ke TNI AU, dengan pembacaan pernyataan penerimaan dari Inspektur Upacara.
Sepuluh menit kemudian upacara ditutup dengan doa, dan dilanjutkan dengan pemakaman. Setiba di pemakaman, ada upacara lagi. Dalam upacara itu, terlihat Bik Ning (Muslikah, Analisa Jatu, dan Man Jen tampak tegar memandang menerawang ke langit. Mengikut setiap detik demi detik rangkaian upacara yang ditutup dengan tembakan salfo, sebelum peti jenasah dimasukkan ke liang lahat.
“Tar...tar...tar “ tembakan salfo usai. Peti jenasah yang dibungkus kain putih itu perlahan ditarik dari tutupnya berupa bendera merah putih. Baru kemudian tepat di dasar lubang , pihak keluarga menabur bunga, hingga berurutan istri dan orangtuanya. Baru kemudian diurug dengan tanah.
Satu persatu tanah mengurug peti jenasah itu, dan hingga tidak terlihat lagi. Saat itulah suasana keluarga mulai gundah kembali. Analisa sang istri almarhum terlihat mulai memerah matanya, dan kembali meneteskan air mata.
Betapa tidak, wajah almarhum dan tubuhnya terakhir dia memegangnya malam sebelum berangkat itu saja. Dan saat meninggal semua tidak bisa melihatnya...”Maaf... jasad korban sudah tidak berbentuk lagi terbakar dan langsung dibungkus dengan kain, hingga tiba dari Madiun tidak dibuka sama sekali,” keluargapun tidak bisa melihatnya hingga dikuburkan.
Hanya foto yang selalu dipegangi istri almarhum. Analisa Jatu Lystianingrum ini tergolong tegar. Tapi, dia berkali- kali tidak kuasa menahan gemetaran jiwa, dan rasa kehilangan yang cukup mendalam. Sebab, sejak menikah dengan Firdaus Yunan Nagara (akad nikah 28 Desember 2008), dia belum dikaruniai keturunan satupun.
Karena banyak tugas, maka pernikahan dan pesta pernikahan baru dilangsungkan tanggal 22 Maret 2009. Anak pertama pasangan Zaenal Fanani – Muslikah ini lahir pada tanggal 26 Maret 1979. Almarhum adalah sosok yang penurut semua kehendak orangtua. Berbakti kepada orangtua.
Dalam kondisi apapun dia menurut dengan orangtua. Termasuk dalam setiap pilihan pilihan hidupnya untuk berkarir. Tak lebih adalah masuk menjadi AKABRI Udara itu bagian dari kesenangan dan kemauan keras dari orangtua agar menjadikan anaknya berhasil dan sukses.
Firdaus memiliki jiwa seperti ibunya. Muslikah biasa aku sapa bik ning itu yang jelas orangnya lembut, jujur, lugas, dan berbudi. Dia cantik sekali. Semasa mudanya hingga pernikahan dengan Man Jen membuat banyak orang terpesona. Orang yang lembut hatinya, diberi lelaki yang keras hati dan tegas.
Itulah garis Illahi. Firdaus tidak pernah memiliki rasa marah berkepanjangan alias dendam. Dia juga tidak pernah memiliki perasaan negatif kepada semua orang. Hal itu dibuktikan dengan setiap kali berbicara selalu lambat tapi kalimat yang keluar dari mulutnya itu hasil saringan pikirannya.
“Lambat itu karena yang terlontar itu selalu dia pikirkan terlebih dahulu. Tidak ceplas ceplos seperti saya,. Waduh 1001 pribadi seperti almarhum ini. Bayangkan, saat berbicara dengan sayapun kelihatan sekali sebelum mengeluarkan sesuatu selalu berpikir lengkap,” ujar Bu Yani, (52) istri Sarwono, besan dari Bik Ning.
Kesaksian Bu Yani, ini dibenarkan Analisa Jatu Lystianingrum. Istri Firdaus ini tidak pernah mendapat marah, dan kata kasar. Tapi, perhatian lebih yang dia terima. Satu contoh, Analisa yang berulang tahun 2 Juli besok ini, ternyata hadiah berupa HP sudah dibelikan Firdaus. Hadiah sudah didahulukan.
“Mungkin itu juga salah satu firasatnya mungkin,” ujar Analisa Jatu Lystinaningrum, yang bekerja di salah perusahaan Pelabuhan di Jakarta Utara, bersama ayahnya.
Akhirnya tidak ada pesta yang tidak usai. Kini setelah banyak orang berkumpul, semua manusia akan sendiri sendiri lagi. Di saat ini banyak ungkapan simpatik dari teman teman lainnya, barangkali besok sudah berhenti. Dan tinggal sendirian pihak keluarga dan sang istri harus membenahi kehidupan selanjutnya..”Semoga Allah selalu meridhoi setiap langkahmu Man Jen, dan Bik Ning. Dan semoga engkau Analisa Jatu Lystianingrum diberi kemudahan dan ridho dari Allah selalu, Amin...”.kim

1 komentar:

seragam paud mengatakan...

baju profesi anak baju karnaval anak baju pramugari untuk anak anak baju pilot anak baju polisi anak