DUDUK 2 JAM JADI JUTAWAN

Nih Dia !

PETANI BAKAR LAHAN SENDIRI

• Protes PG Semboro, Mesin Macet Tebu Petani Terbuang


JEMBER – Saking jengkelnya, tiada kata lain dan tindakan lain untuk mengungkapkan hal itu, petani tebu di lingkungan Pabrik Gula (PG) Semboro PTPN XI Jember ini membakar lahan tebu mereka sendiri, Selasa (8/9) pagi.

Mereka yang terdiri dari belasan petani yang tergabung dalam Paguyuban Petani Tebu Rakyat Indonesia (PPTR) berunjuk rasa damai. Mereka yang tinggal di Desa / Kecamatan Semboro, ini setelah membakar lahan tebunya mengganti tanaman tebu mereka dengan tanaman jagung palawija.
Menurut mereka, aksi bakar lahan tebu dan mengganti tanaman mereka dengan tanaman palawija itu sebagai protes petani karena merasa tidak ikut menikmati kenaikan harga gula saat ini.
Salah seorang petani setempat Ahmad Taruna, mengatakan kendati harga gula saat ini menembus angka Rp 9.000 per kilogramnya petani tetap hanya mendapatkan harga dasar gula Rp 5.350 per kilogramnya. Justru para investor yang memberikan dana talangan itu yang mendapat untung besar.
Kendati dengan harga dasar petani telah mendapatkan keuntungan, selisih keuntungan itu menurut Ahmad Taruna jauh lebih besar dari keuntungan petani palawija. Sebab, tanaman tebu hanya sekali semusim dalam setahun. Sementara tanaman palawija bisa tiga kali tanam tiga kali panen per musim setahun.
“Kalau dihitung hitung petani palawija dan padi lebih untung. Sebab, per hektarnya mereka bisa meraup keuntungan selama tiga kali panen, kalau tebu kan hanya sekali,” ujarnya.
Senada dengan Ahmad Taruna, Nurdin mengaku sudah mengalihkan lahan mereka untuk ditanami jagung. Menurutnya, aturan di tanaman tebu tidak jelas.
Bahkan aturan giling, hingga penetapan rendemen gula bagi petani tidak jelas. Saat ini ada kerusakan mesin di PG Semboro dan mengakibatkan kerugian besar di tingkat petani.
Jika tebu terlanjur ditebang dan didiamkan menunggu giliran giling selama berhari hari tebu akan mati dan dipastikan rendemen tebu turun drastic.
Sementara jika tidak segera ditebang dikhawatirkan akan memasukan musim penghujan. Sehingga selain rendemen turun, ongkos angkutan akan lebih mahal.
“Jelas lebih mahal, dan petani akan rugi besar. Ini alasan mesin rusak. Kenapa tidak ada revitalisasi sejak dulu. Kenapa baru sekarang di saat mesin giling,” ujarnya.
Ketua Paguyuban Petani Tebu Rakyat (PPTRI) Jember HM Ali Fikri, mengatakan di Jember ada indikasi penurunan areal lahan tebu. Tapi, oleh PG Semboro tetap dilaporkan kenaikan areal lahan.
Per Agustus sudah mencapai 2.000 hektar lahan beralih fungsi ke lahan sawah. Jika rata rata per hektar mampu memproduksi 60 – 80 ton tebu maka PG Semboro dipastikan menurun produksinya mencapai 120.000 ton tebu.
Direksi PTPN kata Fikri, terksan menyembunyikan realiita penurunan lahan tebu. Jika tidak diungkap pemerintah akan keliru menghitung besaran produksi gula nasional, dan kuota produksi gula nasional. Secara otomatis prediksi stok gula juga salah.
“Kalau semua sejak pertama bohong, maka selamanya akan bohong. Tapi, realitanya ada penurunan lahan. Tapi, PTPN selalu bilang lahan tetap, dan bertambah. Ini kan sangat pengaruh kepada kebijakan pemerintah soal gula nasional,” ujar Fikri.
Pernyataan petani tebu ini menepis pernyataan Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia HM Arum Sabil, sebelumnya. Arum membantah terjadi penyempitan lahan tebu di Jember.
Justru menurut H Arum, petani yang beralih menanam tebu justru semakin banyak. Seiring membaiknya harga gula internasional. Sementara itu Administratur PG Semboro, hingga kemarin belum berhasil dikonfirmasi. Saat didatangi di kantornya di PG Semboro, Adm tidak bersedia menemui. kim



Tidak ada komentar: