DUDUK 2 JAM JADI JUTAWAN

Nih Dia !

PANITIA SUPERCROSS DIMINTA TANGGUNGJAWAB



* Berpotensi Kasus Pidana Umum


JEMBER - Terancamnya kesebelasan macan sangar Persid Jember tak bisa bermain di kandang sendiri akibat Stadion Notohadinegoro yang rusak oleh ulah panitia Supercross 8 – 9 Agustus 2009 kemarin, semakin membuat anggota DPRD Jember marah.

Kemarin, dua pimpinan Fraksi di DPRD yakni HM Ayub Junaidi, SH, Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) dan Ketua FPDIP Bukri, Spd, melakukan sidak (inspeksi mendadak) melihat kondisi terakhir stadion.
Setelah mendapat keluhan dari manager Persid dan pelatih Persid Jember yang menyesal tidak bisa menjamu laga Divisi I Liga Indonesia dua pimpinan Fraksi di DPRD Jember ini langsung ke Stadion bersama belasan wartawan diikuti LSM.
Di sana Ayub Junaidi, dan Bukri, Spd, geleng geleng kepala. Faktanya Stadion bak lahan beroh yang siap ditanami jagung. Bahkan tak nampak rumput di lapangan. Hanya di pinggir bekas terinjak buldoser. Di sudut pintu keluar samping Stadion jalan tanah terlihat merekah.
Di sana sini, bangunan besi pembatas penonton di tribun terlihat rusak. Bahkan, gawang untuk kiper sepak bola itu tidak seperti gawang. Tapi, mirip jemuran pakaian. Sementara itu, di sana sini terlihat tanah becek bekas disiram.
Kemungkinan besar sengaja disiram agar rumput aslinya tumbuh lagi. Padahal, sebelumnya telah ditindas oleh tanah, dan ditumpuki terpal untuk membikin arena halang rintang pertandingan Supercross.
“Ini bukan Stadion Mas, kalau begini ini namanya tanah sawah. Cocok untuk ditanami jagung,” ujar Ayub.
Ayub menyesalkan kondisi Stadion Notohadinegoro. Ditambah lagi, dia mendengar alasan alasan dari panitia Supercross sebelumnya bahwa Stadion rusak akibat dipake pertunjukkan konser. Padahal, stadion rusak itu rumput nya setelah diurug dengan tanah untuk arena Supercross.
“Katanya tanggal 3 Oktober 2009, ada pertunjukkan ST 12 group band asal Jakarta. Kalau untuk begitu begitu saja kasihan olah raga sepak bola di Jember. Sudah tidak pernah diperhatikan, stadion dirusak, juga tidak diberi anggaran,” ujar anggota DPRD baru Ayub Junaidi, anak mantan Ketua DPRD Jember 1994-1999.
Bukri Spd, meminta panitia Supercross untuk bertanggungjawab terhadap kerusakan rumput di Stadion dan fasilitas lainnya. Bahkan untuk ke depan jika Pemerintah Daerah mengusulkan di APBD untuk rehab DPRD akan menolak sebelum panitia memperbaiki Stadion.
“Supercross, dan BBJ itu tidak dianggarkan di APBD kan. Semua ndompleng Agustusan. Kalau nanti minta anggaran rehab Stadion, kita akan tolak,” ujar Bukri, yang mengaku suara FPDIP senada dengannya.
Baik Ayub, dan Bukri, telah sepakat di DPRD untuk mensosialisasikan dan mengagendakan kasus itu untuk dijadikan bahan dan agenda utama DPRD pasca penetapan Komisi secara definitif dan pimpinan DPRD secara resmi.
“Saat ini kan DPRD masih setengah resmi kerjanya. Kalau sudah kita akan agendakan dibahas. Kita panggil semua pihak yang terkait,” ujar Bukri.
Ditambahkan oleh Ayub, bahwa jika tidak segera diperbaiki kerusakan stadion itu bisa menjadi perkara lain, dan bisa menjadi kasus pidana. “Itu kan perusakan. Tidak ada tanggungjawab panitia, pemerintah kabupaten tidak ada kaitannya. Ini panitia supercross yang harus menanggung semua,” tegas Ayub.
Akibat fatal, adalah Persid Jember yang diminta bermain di kandang sendiri
oleh PSSI ditolak karena Stadion tidak layak. Untuk menjamu kesebelasan lain, Tim Persid Jember terpaksa menyewa Stadion Lumajang untuk dijadikan homebase. Padahal, Persid mendapat jatah 4 kali pertandingan di kandang sendiri.kim

Tidak ada komentar: