DUDUK 2 JAM JADI JUTAWAN

Nih Dia !

KREDIT TIDAK CAIR PETANI TEBU BERALIH TANAM JAGUNG


JEMBER - Janji tinggal janji. Itulah yang sering dialami para petani negeri ini. Kali ini janji pihak Perbankan untuk memberikan kredit lunak bagi petani tebu ternyata isapan jempol semata.
Nasib petani ini sudah jatuh tertimpa tangga pula. Belum lagi petani harus mendapati fakta terkait pungutan besar yang dilakukan para perangkat Desa kepada mereka.
Hal itulah, yang membuat petani tebu mogok menanam tebu. Bahkan mereka tidak sekadar mogok dan mengancam tapi mereka sudah beralih ke cocok tanam jagung dan padi.
Ketua Paguyuban Petani Tebu Rakyat Jatim, M Ali Fikri, mengatakan bahwa kesulitan petani rata – rata untuk memenuhi persyaratan administrasi yang membutuhkan sekitar 2 bulan.
Padahal, sejak bulan Mei lalu petani tebu di Jember khususnya sudah banyak yang membutuhkan aliran dana segar untuk bongkar ratun dan pemupukan.
Ali Fikri, mengeluhkan pula terkait biaya administrasi yang tinggi di tingkat Desa saat pengurusan kredit tersebut. Menurut nya pungutan yang terjadi dan menimpa anggotanya itu adalah sangat mencekik leher petani tebu.
Jika di tahun tahun sebelumnya biaya administrasi untuk persyaratan pengajuan kredit hanya berkisar antara Rp 15-20 ribu tapi kini pihak desa mematok biaya administrasi hingga Rp 150 ribu. Biaya itu tidak dikenakan sekali proses tapi dikenakan per hektarnya.
Menurut Fikri, biaya administrasi itu tidak diatur dalam persyaratan kredit. Bahkan dalam aturan manapun tidak dikenakan. Tapi, faktanya itulah yang kini dialami petani tebu kelas menengah ke bawah.
“Kalau petani tebu yang lahannya lebar – lebar dan kaya, sejak awal sih tidak ada masalah. Dia toh tidak butuh uang kredit untuk pemupukan dan bongkar ratun. Tapi, petani kecil seperti anggota PPTRI ini, bagaimana,” ujar Fikri alumnus Faperta Unej Jember ini.
Dia menerangkan dalam pengajuan kredit itu membutuhkan waktu paling lama birokrasinya dari tingkat Direksi PTPN dan afiliasi nya di tingkat Direksi Perbankan. Muncul alasan, bahwa perbankan belum menerima Breakdwon dari Menteri Keuangan RI mengani jumlah anggaran yang bisa dicairkan untuk kredit kepada petani tebu.
Hal ini berdampak kepada petani. Banyak anggota PPTRI yang khususnya ada di Jember dan sekitarnya mulai tidak mau menanam tebu. Tapi mereka mengalihkan tanaman jagung dan padi.
“Mereka beralih, karena putus asa dengan biaya administrasi dan prosedur mbulet itu. Anggota kami sudah beralih ke cocok tanam tanaman palawija seperti Jagung. Termasuk padi,” ujarnya.
Menurutnya jika ini terus dibiarkan dan tidak dicarikan solusinya maka Fikri, mengkhawatirkan bahwa pabrik gula (PG) Semboro akan kekurangan bahan baku tebu saat memasuki musim giling nantinnya. kim


Tidak ada komentar: