DUDUK 2 JAM JADI JUTAWAN

Nih Dia !

SWADAYA, AKHIRNYA PEMERINTAH MELEK


• Geliat Hippam Aeng Bening Silo

JEMBER – Sejak tahun 1999-2000 tokoh masyarakat H Sayadi, merintis pengadaan air bersih bagi masyarakat Desa Karangharjo, Kecamatan Silo tanpa pamrih, dan tanpa bantuan pemerintah. Kini, hasilnya mulai terasa. Kendati terkesan tak dihiraukan Pemerintah Kabupaten, tapi Pemprop Jatim melalui Dinas PU Cipta Karya, berencana membantu.

Karena paguyuban Himpunan Petani Pengguna Air Minum (HIPPAM) Aeng Bening yang membawahi Hippam Torap, dan Hippam se Kabupaten Jember ini mendapat penghargaan terbaik sebagai masyarakat pengelola air minum yang paling professional di tingkat Jawa Timur.
H Sayadi, Ketua Hippam Torap, sekaligus Ketua Paguyuban Hippam se Jember kemarin menerima penghargaan berupa kunjungan dari Hippam Tuban, terdiri dari Desa Kedungrejo, Desa Mliwang, dan terutama di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Tak hanya itu, penghargaan itu juga berasal dari PT Holcim, Tbk, yang berencana membuat pabrik Semen di Tuban.
“Saya kira ini penghargaan, buat kami Hippam Torap di Karangharjo, Silo. Setelah sekian lama tak ada yang memperhatikan kini kita menjadi bahan rujukan untuk mencari kaweruh bagi Hippam dari Tuban,” ujar H Sayadi, didampingi Istono Asrijanto, sekretaris nya.
Yang menarik, bahwa kondisi Hippam di Tuban berbeda dengan Hippam di Jember. Jika di Jember sumber mata air, bisa melalui berbagai cara tapi jika di Tuban, tidak ada sumber. Satu satunya cara adalah dengan jalan mengebor.
“Beruntung ada PT Holcim, yang berencana mendirikan pabrik di Desa Mliwang. Desa ini tak ada air, berdasar penelitian Geologi ITB. Jadi harus mengebor sedalam 135 meter, masyarakat mana mungkin ada anggaran. Tapi PT Holcim, merealisasikan itu,” ujar Anang Hudianto, Project Manager PT Holcim, diamini oleh Imam Wahyudi, Kasi PMD Kecamatan Kerek, Tuban yang ikut rombongan.
Tentu, saja perbedaan muncul. Jika di Tuban pengurusan Hippam itu harus mengeluarkan biaya operasional, selain bertarif. Di Jember tidak perlu biaya operasional. Karena sistemnya menggunakan sumber air dari gunung dengan system gravitasi bumi.
“Tapi minimal banyak ilmu tentang system gravitasi yang bisa kita ambil dari Hippam Torap Silo ini. Kami juga belajar penguatan kelembagaan,” tandas Imam Wahyudi, yang juga Pembina Hippam di Kecamatan Kerek.
Kini, ke depan Hippam Torap, melalui paguyuban Aeng Bening telah memiliki jaringan sambungan rumah (SR) sebanyak 705 KK. Semua memakai meteran. Setiap meter pengguna air minum ini dikenai biaya Rp 1.000. Jika terlambat membayar dikenai system denda Rp 5.000.
Menurut Sayadi, mayoritas maksimal pemakaian air boros masyarakat Desa Karangharjo, Kecamatan Silo, tak lebih dari Rp 10.000 per bulan. “Sambungan kita dari sumber mata air, sekitar 18 Km. Dan total jaringan kita sudah mencapai 38 km sambungan utama dan SR,” ujar Sayadi. kim

Tidak ada komentar: